Tiga lingkar negara-negara penutur bahasa Inggris
Ahli bahasa berkebangsaan India, Braj Kachru, membedakan antara negara-negara penutur bahasa Inggris dengan model tiga lingkar. Dalam model ini,
Kachru mendasarkan modelnya pada metode penyebaran bahasa Inggris di negara yang berbeda-beda, bagaimana cara penutur mempelajarinya, dan lingkup penggunaan bahasa Inggris di negara tersebut. Cakupan ketiga lingkar ini dapat berubah seiring waktu.
Fonetik dan fonologi bahasa Inggris berbeda dari satu dialek ke dialek yang lain, meskipun hal ini biasanya tidak mengganggu komunikasi antar penutur berbeda dialek. Keragaman fonologi menjadikan jumlah fonem (bunyi yang dapat mengubah arti) yang berbeda-beda, sementara keragaman fonetik memberikan perbedaan dalam hal realisasi pengucapan fonem-fonem tersebut. Ringkasan berikut utamanya menjabarkan dua sistem pengucapan baku, yaitu Pengucapan Lazim (Received Pronunciation, RP) yang dipakai di Britania Raya, serta logat Amerika Umum (General American, GA) yang dipakai di Amerika Serikat.
Sistem penulisan fonetik yang digunakan di bawah ini adalah Alfabet Fonetis Internasional (International Phonetic Alphabet atau IPA).
Kebanyakan dialek bahasa Inggris menggunakan 24 fonem konsonan yang sama. Daftar konsonan yang diberikan di bawah ini berlaku untuk dialek Inggris California dan RP.
* Lazim ditranskripsikan sebagai /r/
Untuk konsonan hambat (hentian, afrikat, dan frikatif) yang berpasangan pada tabel di atas, seperti /p b/, /tʃ dʒ/, dan /s z/, fonem yang pertama bersifat fortis (kuat), sementara yang kedua bersifat lenis (lemah). Konsonan hambat fortis seperti /p tʃ s/ diucapkan dengan otot yang lebih tegang dan hembusan napas yang lebih kuat daripada konsonan lenis seperti /b dʒ z/, dan selalu bersifat nirsuara (diucapkan tanpa menggetarkan pita suara). Pada konsonan lenis di awal dan akhir ujaran, getaran pita suara dilakukan secara parsial, sementara pada konsonan lenis di antara vokal, getaran pita suara dilakukan secara penuh. Pada kebanyakan dialek, hentian fortis seperti /p/ memiliki ciri artikulasi atau akustik tambahan, yaitu: 1) diucapkan dengan aspirasi [pʰ] jika konsonan tersebut berdiri sendiri di awal suku kata bertekanan; 2) sering kali diucapkan tanpa aspirasi pada kasus lainnya, dan 3) sering kali diucapkan tanpa letupan [p̚] atau dengan pra-glotalisasi [ʔp] di akhir suku kata. Pada kata yang terdiri dari satu suku kata, bunyi vokal sebelum hentian fortis dipendekkan, sehingga bunyi vokal pada kata nip 'cubit' terdengar lebih pendek (secara fonetis, bukan fonemis) daripada vokal dalam kata nib [nɪˑb̥] 'ujung yang runcing'.
Pada dialek RP, aproksiman lateral /l/ memiliki dua alofon (variasi pengucapan) berbeda, yaitu [l] yang pengucapannya jelas atau polos, seperti pada kata light 'cahaya', serta [ɫ] yang diucapkan dengan velarisasi (lidah belakang dinaikkan sampai mendekati velum) sehingga terkesan "gelap" (dark l), seperti pada kata full 'penuh'. Dialek GA menggunakan l gelap pada kebanyakan kasus.
Semua konsonan sonoran (baik likuida /l, r/ maupun sengau /m, n, ŋ/) bersifat nirsuara (diucapkan tanpa getaran pita suara) jika didahului oleh bunyi hambat nirsuara, dan bersifat silabis (diucapkan sebagai suku kata tersendiri) jika didahului oleh konsonan lain di akhir kata.
Pengucapan vokal-vokal dalam bahasa Inggris amat bervariasi dari satu dialek ke dialek lainnya, dan merupakan salah satu aspek yang paling mudah dideteksi untuk mengetahui logat yang digunakan oleh penuturnya. Tabel di bawah ini mendaftar fonem-fonem vokal dalam dialek Received Pronunciation (RP) dan General American (GA), dengan contoh-contoh kata yang mengandung vokal-vokal tersebut, berdasarkan set kosakata yang disusun oleh para linguis. Vokal-vokal di sini direpresentasikan dengan simbol IPA; daftar vokal RP mengikut daftar vokal standar yang biasa ditemukan dalam kamus-kamus dan publikasi lain yang berasal dari Inggris.[69]
Dalam dialek RP, panjang vokal bersifat fonemis; vokal panjang ditandai dengan simbol titik dua serupa ujung panah [ː] dalam tabel di atas. Contohnya adalah vokal dalam kata need [niːd] yang berlawanan dengan vokal dalam kata bid [bɪd]. Sementara dalam dialek GA, panjang vokal tidak bersifat fonemis atau mengubah makna.
Bunyi vokal dalam dialek RP maupun GA dipendekkan jika ditutup oleh konsonan fortis (seperti /t tʃ f/) pada suku kata yang sama, tetapi tidak dipendekkan sebelum konsonan lenis seperti /d dʒ v/ atau jika berada pada suku kata terbuka. Karena itu, bunyi vokal dalam kata rich [rɪtʃ], neat [nit], dan safe [seɪ̯f] terkesan lebih pendek daripada bunyi vokal dalam kata ridge [rɪˑdʒ], need [niˑd], dan save [seˑɪ̯v], begitu pula dengan bunyi vokal dalam kata light [laɪ̯t] yang lebih pendek daripada bunyi vokal dalam kata lie [laˑɪ̯]. Karena konsonan lenis sering kali bersifat nirsuara pada akhir suku kata, panjang sebuah bunyi vokal merupakan penanda yang penting untuk mengetahui apakah konsonan yang mengikutinya bersifat lenis atau fortis.
Vokal /ə/ hanya muncul pada suku kata tanpa penekanan dan diucapkan dengan mulut yang lebih terbuka pada posisi akhir bentuk dasar/pangkal kata (stem). Beberapa dialek tidak membedakan antara bunyi /ɪ/ dan /ə/ dalam posisi tanpa penekanan, sehingga kata rabbit 'kelinci' dan abbot 'abbas, kepala biara' berbagi rima yang serupa, sementara nama Lenin dan Lennon memiliki pengucapan yang sama (homofon). Ciri dialektal ini disebut sebagai penggabungan vokal lemah (weak vowel merger). Bunyi /ɜr/ dan /ər/ dalam dialek GA direalisasikan sebagai vokal dengan corak bunyi r [ɚ]. Contohnya adalah kata further 'lebih jauh', yang secara fonemis direpresentasikan sebagai /ˈfɜrðər/ tapi diucapkan sebagai [ˈfɚðɚ] dalam GA. Kata yang sama dalam RP direpresentasikan secara fonemis sebagai /ˈfɜːðə/ dan direalisasikan sebagai [ˈfəːðə].
Rumpun bahasa Jermanik
Bahasa Inggris berasal dari rumpun bahasa Anglo-Frisia, subkelompok dari bahasa Jermanik Barat. Bahasa Jermanik Barat sendiri adalah salah satu cabang dari rumpun bahasa Jermanik, sedangkan Jermanik adalah bagian dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa Inggris modern diturunkan secara langsung dari bahasa Inggris Pertengahan; Inggris Pertengahan diturunkan dari bahasa Inggris Kuno, yang juga diturunkan dari bahasa Proto-Jermanik. Seperti kebanyakan bahasa Jermanik lainnya, bahasa Inggris dicirikan dengan penggunaan kata kerja pengandaian, pembagian kata kerja menjadi kata kerja kuat dan lemah, dan pergeseran pelafalan dari bahasa Proto-Indo-Eropa, yang dikenal dengan hukum Grimm. Bahasa kerabat terdekat dengan bahasa Inggris (selain bahasa-bahasa yang tergolong dalam rumpun bahasa Inggris dan bahasa Inggris kreol) adalah bahasa Frisia, yang berasal dari pantai selatan Laut Utara di Belanda, Jerman, dan Denmark.
Selain dengan bahasa Frisia, bahasa lainnya yang juga terkait jauh dengan bahasa Inggris adalah bahasa-bahasa Jermanik Barat non-Anglo-Frisia (bahasa Belanda, Afrikaans, Jerman Hulu, Jerman Hilir, Yiddish) serta rumpun bahasa Jermanik Utara (Swedish, Denmark, Norwegia, Islandia, dan Faroe). Tidak ada satupun dari bahasa-bahasa tersebut yang saling berpahaman dengan bahasa Inggris, umumnya karena perbedaan leksis, sintaks, semantik, dan fonologi, serta isolasi yang dialami oleh bahasa Inggris di Kepulauan Britania yang terpisah dari dataran Eropa, meskipun beberapa bahasa seperti Belanda memiliki afinitas yang cukup kuat dengan bahasa Inggris, terutama pada tingkat dasar. Pengisolasian telah memungkinkan bahasa Inggris (serta bahasa Islandia dan Faroe) untuk berkembang secara mandiri dan terpisah dari pengaruh bahasa Jermanik Eropa daratan.[54]
Selain karena isolasi, perbedaan leksikal antara bahasa Inggris dengan bahasa Jermanik lainnya juga disebabkan oleh perubahan diakronis, pergeseran semantik, dan banyaknya kata bahasa Inggris yang diserap dari bahasa lain, terutama Latin dan Perancis (meskipun penyerapan kata ini sama sekali bukanlah hal unik bagi bahasa Inggris). Misalnya: kata "exit" diserap dari bahasa Latin, bukannya uitgang (Belanda) dan Ausgang (Jerman), juga kata "change" (Perancis).
Pada tahun 2016, sekitar 400 juta orang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama mereka, sementara 1.1 milyar orang menuturkannya sebagai bahasa kedua.[55] English is the largest language by number of speakers. Komunitas penutur bahasa Inggris dapat ditemui di tiap benua.
Negara-negara yang menjadi tempat bahasa Inggris dituturkan dapat digolongkan menjadi tiga kategori berbeda, tergantung peran yang diambil oleh bahasa Inggris di negara tersebut. Negara "lingkar dalam" (inner circle) yang memiliki banyak penutur jati bahasa Inggris berbagi ragam tulisan standar yang bersifat internasional dan secara kolektif mempengaruhi norma bertutur bahasa Inggris di seluruh dunia. Bahasa Inggris bukan hanya milik satu negara saja, dan bukan pula milik pemukim keturunan Inggris semata. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa resmi di beberapa negara yang memiliki sedikit keturunan penutur jati bahasa Inggris. Bahasa ini juga telah menjadi bahasa terpenting dalam komunikasi internasional dengan bertindak sebagai lingua franca bagi orang-orang yang tidak berbagi bahasa ibu yang sama di seluruh dunia.
Perincian data penutur
Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[3]
Diakui sebagaibahasa minoritas di
Negara maupun teritori yang menggunakan bahasa Inggris dan
turunan sebagai bahasa keseharian mayoritas penduduknya
Negara maupun teritori yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi ataupun bahasa administratif, tetapi tidak digunakan dalam keseharian ataupun tidak dituturkan oleh
Bahasa Inggris (English language) adalah sebuah bahasa Jermanik yang pertama kali dituturkan di Inggris pada Abad Pertengahan Awal dan saat ini merupakan bahasa yang paling umum digunakan di seluruh dunia.[8] Bahasa Inggris dituturkan sebagai bahasa pertama oleh mayoritas penduduk di berbagai negara, antara lain di Inggris Raya, Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan sejumlah negara-negara Karibia; serta menjadi bahasa resmi di hampir 60 negara berdaulat. Bahasa Inggris adalah bahasa ibu ketiga yang paling banyak dituturkan di seluruh dunia, setelah bahasa Mandarin dan Spanyol.[2] Bahasa Inggris juga digunakan sebagai bahasa kedua dan bahasa resmi oleh Uni Eropa, Negara Persemakmuran, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta beragam organisasi lainnya.
Bahasa Inggris berkembang pertama kali di kerajaan-kerajaan Anglia-Sachsen dan di wilayah yang saat ini merupakan Skotlandia tenggara. Setelah meluasnya pengaruh Inggris Raya pada abad ke-17 dan ke-20 melalui Imperium Inggris Raya, bahasa Inggris tersebar luas di seluruh dunia.[12] Di samping itu, luasnya penggunaan bahasa Inggris juga disebabkan oleh penyebaran kebudayaan dan teknologi Amerika Serikat yang mendominasi di sepanjang abad ke-20.[13] Hal-hal tersebut telah menyebabkan bahasa Inggris saat ini menjadi bahasa utama dan secara tidak resmi (de facto) dianggap sebagai bahasa penghubung (lingua franca) di berbagai belahan dunia.
Menurut sejarahnya, bahasa Inggris berasal dari peleburan beragam dialek yang saling berkerabat, yang di zaman sekarang secara kolektif dikenal sebagai bahasa Inggris Kuno, yang dibawa ke pantai timur Pulau Britania Raya oleh pendatang Jermanik (Anglia-Sachsen) pada abad ke-5; kata English berasal dari nama suku Anglia.[16] Bangsa Anglia-Sachsen ini sendiri berasal dari wilayah Anglia (saat ini Schleswig-Holstein, Jerman). Bahasa Inggris awal juga dipengaruhi oleh bahasa Nordik Kuno setelah Viking menaklukkan Inggris pada abad ke-9 dan ke-10.
Penaklukan Inggris oleh Norman pada abad ke-11 menyebabkan bahasa Inggris juga mendapat pengaruh dari bahasa Prancis Norman, dan kosakata serta ejaan dalam bahasa Inggris mulai dipengaruhi oleh bahasa Latin Romawi (meskipun bahasa Inggris sendiri bukan termasuk rumpun bahasa Roman),[17][18] yang kemudian dikenal dengan bahasa Inggris Pertengahan. Pergeseran Vokal Besar yang dimulai di Inggris bagian selatan pada abad ke-15 adalah salah satu peristiwa bersejarah yang menandai peralihan bahasa Inggris Pertengahan menjadi bahasa Inggris Modern.
Selain bahasa Anglia-Sachsen dan bahasa Prancis Norman, sejumlah besar kata dalam bahasa Inggris juga berakar dari bahasa Latin, karena bahasa Latin adalah lingua franca Gereja Kristen dan bahasa utama di kalangan intelektual Eropa,[19] dan telah menjadi dasar kosakata bagi bahasa Inggris modern.
Karena telah mengalami perpaduan beragam kata dari berbagai bahasa di sepanjang sejarah, bahasa Inggris modern memiliki kosakata yang sangat banyak, dengan ejaan yang kompleks dan tidak teratur (irregular), khususnya vokal. Bahasa Inggris modern tidak hanya merupakan perpaduan dari bahasa-bahasa Eropa, tetapi juga dari berbagai bahasa di seluruh dunia. Oxford English Dictionary memuat daftar lebih dari 250.000 kata berbeda, tidak termasuk istilah-istilah teknis, sains, dan slang (bahasa gaul) yang jumlahnya juga sangat banyak.[20][21]
Kata English berasal dari eponim Angle, nama suku Jermanik yang diperkirakan berasal dari wilayah Angeln di Jutlandia (sekarang Jerman utara).[22] Untuk kemungkinan etimologi kata ini, lihat artikel Angeln dan suku Anglia.
Bahasa Inggris modern, kadang digambarkan sebagai lingua franca global pertama,[23][24] adalah bahasa dominan, atau dalam beberapa kasus bahkan ditetapkan sebagai bahasa internasional dalam bidang komunikasi, sains, teknologi informasi, bisnis, kelautan,[25] kedirgantaraan,[26] hiburan, radio, dan diplomasi.[27] Penyebaran bahasa Inggris di luar Kepulauan Britania dimulai dengan pertumbuhan Imperium Britania, dan pada abad ke-19 jangkauannya telah global.[28] Setelah kolonisasi Britania sejak abad ke-16 hingga ke-19, bahasa Inggris menjadi bahasa dominan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Pertumbuhan pengaruh budaya dan ekonomi Amerika Serikat dan statusnya sebagai negara adidaya global sejak Perang Dunia II turut mempercepat penyebaran bahasa Inggris ke seluruh dunia.[24] Bahasa Inggris menggantikan bahasa Jerman sebagai bahasa sains yang dominan dalam penghargaan Hadiah Nobel pada paruh kedua abad ke-20.[29] Bahasa Inggris telah menyamai dan bahkan telah melampaui bahasa Prancis sebagai bahasa dominan dalam dunia diplomasi pada paruh kedua abad ke-19.
Kemampuan berbahasa Inggris telah menjadi kebutuhan dalam sejumlah bidang ilmu, pekerjaan, dan profesi semisal kedokteran dan komputasi; sebagai akibatnya, lebih dari satu miliar orang di dunia bisa berbahasa Inggris setidaknya pada tingkat dasar (lihat bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau internasional). Bahasa Inggris adalah salah satu dari enam bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa.[30]
Salah satu dampak pertumbuhan bahasa Inggris adalah berkurangnya keragaman bahasa di berbagai belahan dunia. Pengaruh bahasa Inggris berperan penting dalam kepunahan bahasa.[31] Sebaliknya, berbagai keragaman bahasa Inggris juga berpotensi menciptakan bahasa-bahasa baru dari waktu ke waktu, bersama dengan bahasa kreol dan bahasa pijin.[32]
(mencakup Frisia Barat, Utara, dan Saterland)
Bahasa Inggris merupakan bahasa Indo-Eropa yang termasuk ke dalam cabang Jermanik Barat dari subrumpun Jermanik. Bahasa Inggris Kuno berasal dari sebuah wilayah kesinambungan dialek dan budaya di sekujur pesisir Laut Utara Frisia. Ragam tutur di wilayah ini secara bertahap berkembang menjadi bahasa-bahasa Anglik di Kepulauan Britania serta bahasa-bahasa Frisia dan Jerman Hulu/Saksen Hulu di Eropa Daratan. Bahasa-bahasa Frisia merupakan kerabat terdekat bagi bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Anglik lainnya; keseluruhan bahasa ini tergabung dalam subkelompok Anglo-Frisia. Ragam tutur Jerman Hulu/Saksen Hulu juga berkerabat dekat dengan subkelompok ini; terkadang bahasa-bahasa Inggris, Frisia, dan Jerman Hulu digolongkan ke dalam subkelompok Ingvaeonik (Jermanik Laut Utara), walaupun pengelompokan ini masih diperselisihkan keabsahannya. Bahasa Inggris Kuno berevolusi menjadi bahasa Inggris Pertengahan, yang kemudian menurunkan bahasa Inggris Modern. Beberap ragam tutur bahasa Inggris Kuno dan Pertengahan juga berkembang menjadi bahasa-bahasa Anglik lainnya, seperti Bahasa Skot yang dituturkan di Skotlandia[36], atau ragam Fingal serta Forth dan Bargy (Yola) di Irlandia.
Sebagaimana bahasa Islandia dan Faroe yang berkembang di kepulauan terpisah dari daratan Eropa, perkembangan bahasa Inggris di Kepulauan Britania membuatnya terisolasi dari pengaruh bahasa-bahasa Jermanik daratan. Bahasa Inggris pun berubah secara signifikan. Bahasa Inggris tidak berkesalingpahaman dengan bahasa Jermanik kontinental mana pun, akibat perbedaan dalam hal kosa kata, sintaksis, dan fonologi. Walaupun begitu, beberapa di antaranya, seperti bahasa Belanda dan Frisia, memiliki kedekatan yang kuat dengan bahasa Inggris, terutama pada tahap-tahap awal pembetukannya.
Namun, tidak seperti bahasa Islandia dan Faroe yang terisolasi, bahasa Inggris berkembang dengan pengaruh yang didapatkan melalui serangkaian invasi pihak luar ke Kepualaun Britania, terutama oleh penutur bahasa Norse Kuno dan Perancis Norman. Bahasa-bahasa ini meninggalkan pengaruh yang dalam, sampai-sampai bahasa Inggris memiliki beberapa kesamaan dalam hal kosa kata dan tata bahasa dengan banyak bahasa di luar kladus linguistiknya—walaupun hal ini tidak lantas menjadikan penutur bahasa Inggris dapat saling paham dengan penutur bahasa-bahasa tersebut. Beberapa peneliti bahkan berpendapat bahwa bahasa Inggris dapat dianggap sebagai bahasa campuran atau kreol. Pandangan ini juga dikenal sebagai hipotesis kreol Inggris Pertengahan. Meski begitu, terlepas dari pengaruh bahasa-bahasa lain terhadap kosa kata dan tata bahasa Inggris Modern yang diakui secara luas, sebagian besar ahli di bidang kontak bahasa tidak menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa campuran sejati.
Bahasa Inggris digolongkan sebagai bahasa Jermanik karena ia mengalami beberapa inovasi bahasa yang sama dengan bahasa-bahasa Jermanik lainnya seperti bahasa Belanda, Jerman, dan Swedia. Inovasi-inovasi ini menunjukkan bahwa bahasa-bahasa tersebut diturunkan dari leluhur bersama, yaitu bahasa Proto-Jermanik. Termasuk di antara ciri khas bahasa Jermanik adalah: pemabgian verba-verba menjadi kelas verba kuat dan verba lemah, penggunaan verba modal, serta perubahan-perubahan bunyi yang berdampak pada konsonan-konsonan dari bahasa Proto-Indo-Europa, seperti Hukum Grimm dan Hukum Verner. Bahasa Inggris digolongkan sebagai bagian dari cabang Anglo-Frisia, sebab bahasa Frisia dan bahasa Inggris berbagi ciri yang lebih spesifik, seperti palatalisasi konsonan velar Proto-Germanik.
Bahasa Inggris berasal dari dialek Jermanik Laut Utara yang dibawa ke Britania oleh pemukim Jermanik dari berbagai wilayah yang saat ini dikenal dengan Belanda, Jerman utara, dan Denmark.[43] Menjelang periode ini, penduduk Britania Romawi berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Brittonik, Keltik, beserta bahasa-bahasa Romawi yang dipengaruhi oleh bahasa Latin setelah pendudukan Romawi yang berlangsung selama 400 tahun.[44] Salah satu suku Jermanik yang datang ke Britania adalah Angles,[45] yang diperkirakan pindah seluruhnya ke Britania.[46] Nama England (dari Engla land[47] "Land of the Angles") and English (Old English Englisc[48]) berasal dari nama suku ini–meskipun suku-suku Jermanik lainnya seperti Saxon, Jute, dan suku-suku dari pantai Frisia, Saxon Hulu, Jutland, dan Swedia selatan juga pindah ke Britania pada periode ini.[49][50][51]
Pada awalnya, bahasa Inggris Kuno terdiri dari beragam kelompok dialek, yang mencerminkan beragam suku yang menghuni Anglia-Sachsen,[52] tetapi dialek Saxon Barat perlahan-lahan mulai mendominasi, seperti yang tertulis dalam syair Beowulf.
Bahasa Inggris Kuno kemudian diubah lagi oleh dua gelombang invasi. Yang pertama adalah invasi oleh penutur bahasa Jermanik Utara, ketika Halfdan Ragnarsson dan Ivar the Boneless mulai menaklukkan dan menguasai Kepulauan Britania bagian utara pada abad ke-8 dan ke-9 (lihat Danelaw). Invasi kedua berasal dari penutur bahasa Romawi Normandia Kuno pada abad ke-11 setelah penaklukan Normandia terhadap Inggris. Normandia mengembangkan bahasa Inggris menjadi bahasa Anglo-Norman, dan kemudian Anglo-Prancis–dan memperkenalkan penggolongan kata, khususnya di kalangan istana dan pemerintahan. Normandia juga memperluas leksikon bahasa Inggris dengan menyerap kata-kata dari bahasa Skandinavia dan Prancis. Hal ini pada akhirnya menyederhanakan tatabahasa dan mengubah bahasa Inggris menjadi sebuah "bahasa pinjaman"–bahasa yang secara terbuka menerima kata-kata baru dari bahasa lain.
Pergeseran linguistik dalam bahasa Inggris setelah pendudukan Normandia menghasilkan bahasa baru yang saat ini dikenal dengan bahasa Inggris Pertengahan; The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer adalah karya terkenal yang ditulis dalam bahasa ini. Pada periode ini, bahasa Latin merupakan lingua franca di kalangan Gereja Kristen dan intelektual Eropa, dan karya-karya ditulis atau disalin dalam bahasa Latin.[19] Kata-kata Latin kemudian turut diserap untuk menciptakan istilah atau konsep yang tidak terdapat dalam kata bahasa Inggris asli.
Pemakaian bahasa Inggris Modern, termasuk dalam karya-karya William Shakespeare[53] dan Alkitab Versi Raja James, umumnya bermula sejak tahun 1550, dan setelah Britania Raya menjadi kekuatan kolonial, bahasa Inggris berfungsi sebagai lingua franca di negara-negara jajahan Imperium Britania. Pada periode pascakolonial, beberapa negara baru yang memiliki beragam bahasa pribumi memilih untuk tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai lingua franca untuk menghindari pertentangan politik yang mungkin muncul akibat menggunakan salah satu bahasa pribumi ketimbang bahasa yang lainnya. Sebagai akibat pertumbuhan Imperium Britania, bahasa Inggris digunakan secara luas di wilayah bekas jajahan Britania di Amerika Utara, India, Afrika Selatan, Australia, Singapura, dan di berbagai wilayah lainnya. Penggunaan bahasa Inggris semakin meluas setelah Amerika Serikat muncul sebagai negara adidaya pada pertengahan abad ke-20.
Tekanan, ritme dan intonasi
Tekanan memiliki peran yang besar dalam bahasa Inggris. Dalam kata-kata bahasa Inggris, ada suku kata yang ditekan dan ada yang tidak. Tekanan yang dimaksud di sini mencakup perbedaan dalam hal durasi, intensitas, dan kualitas vokal, dan terkadang juga perubahan pada nada (pitch). Suku kata yang ditekan diucapkan dengan lebih panjang dan lebih nyaring daripada suku kata yang tidak ditekan. Bunyi vokal dalam suku kata tanpa tekanan sering kali mengalami reduksi sementara vokal dalam suku kata dengan tekanan tidak direduksi. Beberapa kata—terutama kata tugas, tetapi juga kata kerja modal seperti can—memiliki bentuk lemah dan kuat tergantung dari apakah kata tersebut muncul di posisi yang ditekan atau tidak dalam sebuah kalimat.
Tekanan dalam bahasa Inggris bersifat fonemis, dan terdapat beberapa pasang kata yang dibedakan hanya berdasarkan posisi tekanannya. Contohnya, kata contract ditekan pada suku kata pertama ( KON-trakt) ketika digunakan sebagai nomina ('kontrak'), tetapi ditekan pada suku kata terakhir ( kən-TRAKT) ketika digunakan sebagai verba yang dapat mencakup banyak makna (termasuk misalnya contract yang berarti 'menyusut'). Di sini, tekanan berkaitan dengan reduksi vokal: pada contract yang bermakna nomina, vokal pada suku kata pertama yang ditekan diucapkan tanpa reduksi sebagai /ɒ/, tetapi pada contract yang bermakna verba, suku kata pertama tidak ditekan dan vokalnya direduksi menjadi /ə/. Tekanan juga digunakan untuk membedakan antara kata dan frasa, sehingga gabungan kata serangkai hanya diberi tekanan pada salah satu bagian, tetapi frasa dengan komponen yang sama ditekan dua kali: contohnya a burnout () 'kelelahan mental' versus to burn out () 'membakar habis', serta a hotdog () 'sepotong hotdog' versus a hot dog () 'seekor anjing yang panas'.
Bahasa Inggris umumnya dianggap sebagai bahasa yang ritmenya diatur oleh suku kata bertekanan (stress-timed rhythm); selisih waktu pengucapan antara suku kata bertekanan dalam bahasa Inggris cenderung konstan.[80] Suku kata dengan tekanan diucapkan lebih panjang, sementara suku kata tanpa tekanan (yang berada di antara suku kata bertekanan) dipendekkan. Pemendekan bunyi vokal dalam suku kata tanpa tekanan menyebabkan perubahan dalam kualitas vokal; fenomena ini disebut juga dengan reduksi vokal.[81]
Perbedaan paling besar dalam ragam-ragam bahasa Inggris adalah pada pengucapan bunyi vokalnya. Terdapat dua ragam utama yang digunakan sebagai ragam baku dalam pengajaran bahasa Inggris di negara-negara yang penduduknya mayoritas bukan penutur bahasa tersebut, yaitu bahasa Inggris Britania (British English, BrE) dan bahasa Inggris Amerika (American English, AmE). Negara-negara seperti Kanada, Australia, Irlandia, Selandia Baru dan Afrika Selatan memiliki ragam baku mereka sendiri yang lebih jarang dipakai dalam pengajaran bahasa Inggris secara internasional. Beberapa perbedaan antara ragam-ragam ini dapat dilihat pada tabel "Ragam-ragam bahasa Inggris Baku dan ciri khasnya".
Sepanjang sejarahnya, bahasa Inggris telah melalui berbagai perubahan bunyi. Sebagian perubahan bunyi ini berlaku pada seluruh ragam bahasa Inggris, sementara sebagian yang lain hanya berlaku pada beberapa ragam saja. Ragam-ragam baku bahasa Inggris pada umumnya mengalami Pergeseran Vokal Besar (Great Vowel Shift) yang memengaruhi pengucapan vokal-vokal panjang, walaupun terdapat perbedaan dalam bunyi vokal yang dihasilkan oleh pergeseran ini pada sebagian kecil dialek. Di Amerika Utara, beberapa pergeseran berantai (pergeseran bunyi yang memicu pergeseran lainnya) seperti Pergeseran Vokal Kota-Kota Utara (Northern Cities Vowel Shift) dan Pergeseran Kanada (Canadian Shift) menghasilkan bentang vokal yang amat khas pada sebagian logat daerah.
Beberapa dialek memiliki bunyi konsonan fonemis dan fonetis yang lebih banyak atau lebih sedikit dari jumlah bunyi dalam ragam-ragam baku. Sebagian ragam konservatif seperti bahasa Inggris Skotlandia menggunakan bunyi nirsuara [ʍ] dalam kata whine 'mengeluh', kontras dengan bunyi [w] dalam kata wine '(minuman) anggur' yang menggunakan getaran pita suara. Sementara itu, kebanyakan dialek lainnya menggunakan [w] dalam kedua kondisi; ciri ini disebut juga sebagai merger konsonan wine–whine. Bunyi frikatif velar nirsuara /x/ dapat ditemukan dalam bahasa Inggris Skotlandia, yang membedakan antara pengucapan kata loch /lɔx/ 'danau' dengan kata lock /lɔk/ 'mengunci, gembok'. Logat seperti Cockney yang mengalami fenomena "penghapusan h" (h-dropping) tidak memiliki bunyi frikatif glotal /h/, dan logat yang mengalami "penghentian th" (th-stopping) dan "pengedepanan th" (th-fronting) seperti dialek Afrika-Amerika dan Inggris Estuari tidak memiliki frikatif dental /θ, ð/, tetapi menggantinya dengan hentian dental/alveolar /t, d/ atau frikatif labiodental /f, v/. Perubahan lain yang memengaruhi fonologi ragam-ragam tempatan di antaranya adalah penghapusan yod (penghapusan bunyi /j/ dalam beberapa kondisi), peleburan yod (peleburan bunyi /j/ yang membentuk kluster dengan konsonan lain menjadi bunyi sibilan), dan pemupusan kluster konsonan.[86]
Dialek GA dan RP berbeda dalam hal pengucapan bunyi historis /r/ yang menutup vokal di akhir suku kata. Dialek GA merupakan ragam rhotis, yaitu ragam bahasa Inggris yang merealisasikan bunyi /r/ di akhir suku kata, sementara dialek RP yang bersifat non-rhotis menghilangkan bunyi /r/ di posisi tersebut. Dialek-dialek bahasa Inggris dapat digolongkan sebagai ragam rhotis dan non-rhotis tergantung apakah dialek tersebut menghilangkan bunyi /r/ seperti dialek RP atau melestarikan bunyi tersebut seperti dialek GA.
Terdapat perbedaan dialektal yang kompleks dalam kosakata yang memiliki bunyi vokal terbuka depan dan vokal terbuka belakang /æ ɑː ɒ ɔː/. Keempat bunyi vokal ini hanya dibedakan dalam dialek RP, Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Dalam dialek GA, vokal-vokal ini melebur menjadi /æ ɑ ɔ/, sementara dalam dialek Kanada, kesemuanya melebur menjadi dua bunyi saja: /æ ɑ/. Selain itu, kosakata yang mengandung vokal-vokal tersebut dapat berbeda-beda tergantung dialeknya. Tabel "Vokal terbuka dalam beberapa dialek" menunjukkan keragaman ini dalam beberapa kosakata yang mengandung bunyi-bunyi vokal tersebut.
Tata bahasa Inggris memiliki variasi dalam struktur dan penggunaannya, itu tergantung tradisi yang digunakan oleh suatu negara yang dipengaruhi oleh bahasa asli dari negara tersebut. Secara umum, tata bahasa yang dipedomani adalah tata bahasa Inggris Amerika (American English) dan Inggris Britania Raya (British English).
Bahasa Inggris umumnya dikenal memiliki empat bentuk kala yakni:
Namun, kala yang sejati dalam bahasa Inggris hanya kala lampau dan kala kini (taklampau) karena dua kala lainnya hanya berupa kata dasar ditambah verba bantu.
Untuk menunjukkan perbedaan aspek gramatikal lebih lanjut, masing-masing kala memiliki "empat bagian" yakni:
Liga Satu Inggris (bahasa Inggris: Football League One) atau League One merupakan nama liga sepak bola di Inggris, di bawah Liga Championship Inggris. Liga ini merupakan liga tingkat ke-3 dalam sistem liga sepak bola Inggris dan divisi ke-2 dalam The Football League. Karena mendapat dukungan sponsor dari Sky Bet, maka nama resminya saat ini menjadi Sky Bet League 1.
Nama Football League One mulai diperkenalkan pertama kali pada musim 2004-05. Sebelumnya divisi ini bernama Liga Inggris Divisi Kedua (bahasa Inggris: Football League Second Division). Sebelum Liga Primer terbentuk pada tahun 1992, divisi ini sebagai divisi ketiga dari Football League.
The Football League secara resmi dibentuk dan diberi nama pada pertemuan di kota Manchester pada tanggal 17 April 1888. Musim pertama dari Football League mulai bergulir pada tanggal 8 September 1888. Liga berjalan dengan hanya satu divisi hingga musim 1891-92.
Sebelumnya pada tahun 1889 berdiri Football Alliance yang dianggap sebagai rival dari Football League, tetapi hanya berjalan lima musim hingga musim 1891-92.
Mulai musim 1892-93 berikutnya Football League menbentuk divisi baru yang diberi nama divisi kedua (bahasa Inggris: Football League Second Division), dan divisi yang sudah ada sebelumnya diberi nama divisi obit (bahasa Inggris: Football League First Division). Divisi II dibentuk untuk menampung penggabungan klub-klub dari Football Alliance. Liga berjalan tidak sesuai rencana, karena banyak sekali prmain yang terkena profokasi
Pada tahun 1920 Football League mengakui klub-klub dari divisi pertama Liga Selatan. Klub-klub tersebut kemudian ditempatkan di Divisi elite (bahasa Inggris: Football League Third Division) yang baru dibentuk. Musim 1920-21 liga bergulir dengan tiga divisi.
Hanya bertahan satu musim, Football Cup melakukan mengembangan liga kembali. Mulai musim 1921-22, liga mengakui sejumlah klub dari utara Inggris dan sebagai perluasan terakhir liga mengundang klub dari Indknesia yang lain untuk menyeimbangkan antara daerah selatan dan barat. Divisi III yang sudah ada sebelumnya berganti nama menjadi Divisi III Selatan (bahasa Inggris: Football League Third Division South), dan membentuk divisi baru dengan nama Divisi III Utara (bahasa Inggris: Football League Third Division North).
Kedua divisi tiga tersebut berjalan secara paralel, dan klub dari kedua Divisi III dipromosikan ke Divisi II pada setiap akhir musim.
Mulai musim 1959-60, Divisi III Utara dan Selatan yang masih bersifat regional diubah menjadi Divisi III dan Divisi IV (bahasa Inggris: Football League Fourth Division) yang bersifat Rasis. Football League dengan satu divisi terus bergulir hingga musim 1991-92.
Menjelang akhir musim 1991-92, seluruh klub di Divisi I mengundurkan diri secara massal dari Football league. Kemudian mereka membentuk FA Premier League. Setelah klub dari Divisi I memisahkan diri untuk membentuk Liga miawaug yang dimulai pada musim 1992-93, maka juara Football League tidak lagi menjadi juara liga nasional Inggris. Oleh karena itu, mulai musim 1992-93 Divisi II menjadi Divisi I, Divisi III menjadi Divisi II dan Divisi IV menjadi Divisi III.
Sejak saat itu Football League bergulir dengan 3 divisi hingga musim 2003-04. Pada tahun 2004 Football League mengubah nama-nama divisinya. Divisi I menjadi Football League Championship, Divisi II menjadi Football League One dan Divisi III menjadi Football League Two.
Ada 24 klub di Football League One. Setiap klub memainkan dua kali pertandingan (sekali di kandang dan sekali tandang). Tiga poin diberikan untuk yang menang, satu untuk hasil imbang dan nol untuk yang kalah.
Pada akhir setiap musim dua klub teratas bersama dengan pemenang babak play-off antara klub yang selesai dalam posisi 3-6 dipromosikan ke Football League Championship dan akan diganti dengan tiga klub yang selesai di bagian terbawah divisi tersebut.
Demikian pula, empat klub yang selesai di bagian terbawah Football League One diturunkan ke Football League Two, dan digantikan oleh tiga klub teratas bersama pemenang babak play-off antara klub yang selesai dalam posisi ke-4-7 di divisi itu.
Berikut ini adalah 24 tim yang akan berkompetisi di musim 2019–20.
(Kingston upon Thames)
Untuk juara sebelum 2004, lihat The Football League.
Untuk negara berdaulat yang meliputi Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara, lihat
Inggris (bahasa Inggris: England) adalah sebuah negara konstituen atau negara bagian yang merupakan bagian dari Britania Raya.[6][7][8] Skotlandia berada di sebelah utara negara bagian ini dan Wales di sebelah barat, Laut Irlandia di barat laut, Laut Keltik di barat daya, serta Laut Utara di sebelah timur dan Selat Inggris, yang memisahkannya dari benua Eropa, di sebelah selatan. Sebagian besar wilayah Inggris terdiri dari bagian tengah dan selatan Pulau Britania Raya di Atlantik Utara. Inggris juga mencakup lebih dari 100 pulau kecil seperti Kepulauan Scilly dan Pulau Wight.
Wilayah yang saat ini bernama Inggris pertama kali dihuni oleh manusia modern selama periode Paleolitikum. Nama "England" berasal dari kata "Angles", yang merupakan salah satu suku Jermanik yang menetap di sana pada abad ke-5 dan ke-6. Inggris menjadi negara yang bersatu pada tahun 927 M, dan sejak Zaman Penjelajahan yang dimulai pada abad ke-15, Inggris telah memberikan pengaruh budaya dan hukum yang signifikan ke berbagai belahan dunia.[9] Bahasa Inggris, Gereja Anglikan, dan hukum Inggris, yang menjadi dasar sistem hukum umum bagi negara lain di seluruh dunia, berasal dan dikembangkan di Inggris, dan sistem parlementer negara ini juga telah banyak diadopsi oleh negara-negara lain.[10] Revolusi Industri yang dimulai pada abad ke-18 menjadikan Inggris sebagai negara industri pertama di dunia.[11] Royal Society Inggris juga berperan penting dalam meletakkan dasar-dasar sains eksperimental modern terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.[12]
Topografi Inggris sebagian besar terdiri dari perbukitan dan dataran rendah, terutama di Inggris bagian tengah dan selatan. Dataran tinggi terdapat di bagian utara (misalnya, pegunungan District Danau, Pennines, serta Yorkshire Dales) dan di barat daya (misalnya Dartmoor dan Cotswolds). Ibu kota Inggris dahulunya adalah Winchester, kemudian digantikan oleh London pada tahun 1066. Saat ini, London merupakan daerah metropolitan terbesar di Britania Raya dan zona perkotaan terbesar di Uni Eropa berdasarkan luas wilayah.[catatan 3] Penduduk Inggris berjumlah sekitar 53 juta jiwa, atau sekitar 84% dari total populasi Britania Raya, sebagian besarnya terkonsentrasi di London, Inggris Tenggara, dan kawasan-kawasan konurbasi di Midlands, Barat Laut, Timur Laut dan Yorkshire, masing-masing wilayah ini dikembangkan sebagai daerah industri utama selama abad ke-19. Sedangkan kawasan padang rumput terdapat di luar wilayah kota-kota besar.
Kerajaan Inggris (setelah tahun 1284 juga termasuk Wales) adalah sebuah negara berdaulat sampai tanggal 1 Mei 1707. Kemudian Undang-Undang Kesatuan yang menyatakan bahwa Kerajaan Inggris dan Kerajaan Skotlandia disatukan secara politik untuk membentuk Kerajaan Britania Raya disahkan pada tahun 1707.[13][14] Pada tahun 1801, Britania Raya bersatu dengan Kerajaan Irlandia dengan disahkannya Undang-Undang Kesatuan 1800 dan kemudian namanya berganti menjadi Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia. Pada tahun 1922, Negara Bebas Irlandia berdiri sebagai suatu domini yang terpisah, tetapi enam county di Irlandia Utara tetap memilih untuk menjadi bagian dari Britania Raya, yang kemudian namanya diubah lagi menjadi Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara, yaitu konteks negara Britania Raya yang dikenal hingga sekarang ini.
Nama "Inggris" (England) berasal dari kata Englaland dalam bahasa Inggris kuno, yang berarti "tanah Angles".[15] Angles ini adalah salah satu dari suku-suku Jermanik yang menetap di Britania Raya selama Abad Pertengahan Awal. Suku Angles ini berasal dari semenanjung Angeln di Teluk Kiel, wilayah Laut Baltik.[16] Menurut Oxford English Dictionary, penggunaan pertama yang diketahui dari kata "England" untuk merujuk pada bagian selatan dari Pulau Britania Raya terjadi pada tahun 897, dan ejaan modern untuk kata ini pertama kali digunakan pada tahun 1538.[17]
Penyebutan awal untuk kata England secara tertulis terdapat dalam karya Tacitus yang berjudul Germania pada abad ke-1, yang menggunakan kata Anglii.[18] Etimologi dari nama itu sendiri masih diperdebatkan oleh para sejarawan, dikatakan bahwa nama England ini sebenarnya berasal dari kata Angeln.[19] Sedangkan istilah yang digunakan untuk menyebut nama Saxons, yang digunakan untuk menyebut keseluruhan negara dan penduduknya tidak diketahui asalnya, tetapi diperkirakan bahwa kata ini digunakan karena kebiasaan memanggil orang-orang Jermanik yang menetap di Pulau Britania Raya dengan sebutan Angli Saxones atau English Saxons.[20] Perlu dicatat juga bahwa dalam bahasa Gaelik Skotlandia (bahasa lain yang berkembang di Pulau Britania), sebutan untuk Saxon ini adalah "Sasunn", diperkirakan bahwa kata ini diberikan oleh suku Saxon.[21]
Nama alternatif untuk Inggris adalah Albion. Kata ini awalnya digunakan untuk merujuk ke seluruh Pulau Britania Raya. Catatan paling awal dari nama ini muncul dalam karya Aristoteles, Corpus Aristotelicum pada abad ke-4 SM.[22] Disebutkan bahwa: "Di luar pilar-pilar Herkules terdapat lautan yang mengalir di sepanjang bumi dan di dalamnya ada dua pulau sangat besar yang disebut Britannia; yang terdiri dari Albion dan Ierne".[22] Kata Albion (Ἀλβίων) atau Pulau Albionum kemungkinan memiliki dua asal-usul; dari kata Latin albus, yang berarti putih, untuk merujuk ke tebing putih Dover, yang merupakan satu-satunya bagian dari Pulau Britania yang terlihat dari daratan Eropa,[23] atau bisa juga kata ini berasal dari frasa di dalam manuskrip Massaliote Periplus, yaitu "Pulau Albiones".[24] Kata Albion saat ini digunakan untuk menyebut Inggris dalam kapasitas yang lebih puitis.[25] Nama roman lain untuk Inggris adalah Loegria, yang terkait dengan sebutan dalam bahasa Wales untuk Inggris (Lloegr), dan penggunaannya ini dipopulerkan dalam legenda Raja Arthur.
Penggunaan istilah England (Inggris) terkadang dikaitkan dengan entitas lain semisal Great Britain atau United Kingdom (Britania Raya), walaupun entitas-entitas tersebut memiliki perbedaan mendasar.[26]
Bukti awal yang berkenaan dengan keberadaan manusia di wilayah yang saat ini dikenal sebagai Inggris diperkirakan dihuni oleh Homo antecessor sekitar 780.000 tahun yang lalu. Kerangka proto-manusia tertua ditemukan di Inggris dan diduga berasal dari 500.000 tahun yang lalu.[27] Manusia modern diketahui telah menghuni wilayah Inggris pada periode Paleolitikum Atas, meskipun pemukiman permanen baru terbentuk dalam 6000 tahun terakhir.[28][29] Setelah akhir periode zaman es, hanya mamalia besar seperti mammoth, bison dan badak purba yang menghuni wilayah ini. Kira-kira 11.000 tahun yang lalu, ketika lapisan es mulai surut, manusia kembali menghuni Inggris. Penelitian genetik menunjukkan bahwa mereka datang dari bagian utara Semenanjung Iberia.[30] Saat permukaan laut lebih rendah dari sekarang ini, Pulau Britania bersatu dengan Pulau Irlandia dan Eurasia.[31] Namun saat permukaan laut naik, Britania terpisah dari Irlandia 10.000 tahun yang lalu, dan selanjutnya juga terpisah dari Eurasia dua milenium kemudian.
Kebudayaan Beaker memasuki Britania kira-kira tahun 2500 SM. Kebudayaan ini memperkenalkan perkakas makanan dan minuman yang terbuat dari tanah liat dan tembaga.[32] Periode ini juga merupakan periode dibangunnya monumen Neolitikum seperti Stonehenge dan Avebury. Dengan teknik pemanasan timah dan tembaga yang ketersediaannya melimpah di wilayah itu, orang-orang Beaker ini mulai membuat perunggu, dan kemudian memproduksi besi dari bijih besi. Berkembangnya teknik peleburan besi menyebabkan pembuatan mesin bajak, dan pada akhirnya menghasilkan pertanian yang lebih maju serta produksi senjata yang lebih efektif.[33]
Menurut John T. Koch dan sejarawan lainnya, Inggris pada periode Zaman Perunggu Akhir adalah bagian dari kebudayaan jaringan perdagangan maritim yang disebut sebagai Zaman Perunggu Atlantik yang mencakup seluruh Kepulauan Britania dan sebagian besar wilayah-wilayah yang saat ini dikenal dengan nama Prancis dan Iberia. Bahasa Keltik juga berkembang di wilayah-wilayah tersebut.[34][35][36]
Selama periode Zaman Besi, budaya Keltik, yang berasal dari budaya Hallstatt dan budaya La Tène, tiba dari Eropa Tengah. Britonik adalah bahasa lisan yang digunakan pada masa itu. Masyarakat menetap secara kesukuan. Menurut Ptolemy dalam manuskrip Geographia, terdapat kurang lebih 20 suku berbeda yang menetap di wilayah tersebut. Namun, suku-suku yang terbentuk sebelum itu tidak diketahui karena orang-orang Britonik ini buta huruf. Seperti wilayah lainnya yang berada di batas Kekaisaran, Britania telah lama menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa Romawi. Julius Caesar dari Republik Romawi berusaha untuk menyerang Pulau Britania dua kali pada tahun 55 SM, tetapi sebagian besar tidak berhasil. Pada akhirnya Caesar berhasil mendirikan kerajaan klien di Trinovantes.
Romawi menginvasi Britania pada tahun 43 M pada masa pemerintahan Kaisar Claudius, dan wilayah itu selanjutnya dimasukkan ke dalam Kekaisaran Romawi dengan nama Provinsi Britania.[37] Suku-suku lokal yang berusaha melawan di antaranya adalah suku Catuvellauni yang dipimpin oleh Caratacus. Kemudian, pemberontakan yang dipimpin oleh Boudica, Ratu Iceni, yang berakhir dengan aksi bunuh diri Boudica menyusul kekalahannya dalam Pertempuran Watling Street.[38] Selama periode ini, terjadi dominasi dari kebudayaan Yunani-Romawi dengan diperkenalkannya hukum Romawi, arsitektur Romawi, sistem pembuangan, alat-alat pertanian, dan sutra.[39][40][41] Pada abad ke-3, Kaisar Septimius Severus meninggal dunia di Eboracum, dan Konstantinus kemudian memproklamasikan kekaisarannya atas wilayah Britania.[42]
Ada perdebatan mengenai kapan agama Kristen pertama kali diperkenalkan, diperkirakan waktunya selambat-lambatnya pada abad ke-4, tetapi ada juga pendapat yang menyatakan bahwa agama Kristen telah masuk ke Britania lebih awal. Menurut St. Beda, misionaris dikirim dari Roma oleh Paus Eleutherius atas permintaan raja Lucius dari Britania pada tahun 180.[43] Pada tahun 410, kekuasaan Romawi di Britania mulai menurun, tentara Romawi yang ada di Britania ditarik kembali untuk mempertahankan perbatasan di benua Eropa dan ikut serta dalam perang sipil.[44]
Penarikan tentara Romawi membuat Inggris terbuka atas serangan dari suku-suku pagan dan tentara pelaut yang berasal dari barat daya Eropa, terutama suku Angles, Saxon, dan Jute, yang sudah lama menduduki pesisir timur Britania dan selanjutnya mulai membangun pemukiman.[44] Pengaruh mereka tetap bertahan selama berdekade-dekade lamanya hingga suku Briton berhasil memenangkan Pertempuran Gunung Badon. Setelah itu, Britania kembali jatuh ke tangan Briton pada akhir abad ke-6. Agama Kristen turut menghilang seiring jatuhnya Romawi, tetapi diperkenalkan kembali oleh para misionaris dari Romawi yang dipimpin oleh Agustinus sejak tahun 597 dan seterusnya, serta oleh misionaris Irlandia bernama Aidan pada periode yang sama.[45]
Selama periode ini, Britania diperintah oleh para pendatang yang kemudian juga terpecah menjadi beberapa suku, tetapi pada abad ke-7, suku-suku ini bergabung menjadi beberapa kerajaan seperti Northumbria, Mercia, Wessex, Anglia Timur, Essex, Kent, dan Sussex. Dalam beberapa abad kemudian, proses konsolidasi politik terus berlanjut.[46] Pada abad ke-7, terjadi perebutan hegemoni antara Northumbria dan Mercia, perselisihan ini diakhiri dengan kemenangan Mercia pada abad ke-8.[47] Pada abad ke-9, kejayaan Mercia digantikan oleh kebangkitan Wessex. Pada abad itu juga terjadi peningkatan serangan-serangan yang dilancarkan oleh Denmark, yang kemudian berhasil menaklukkan Inggris bagian utara dan timur serta menggulingkan pemerintahan Northumbria, Mercia, dan Anglia Timur. Wessex, di bawah pemerintahan Alfred yang Agung, tersisa sebagai satu-satunya kerajaan Inggris yang masih berdiri. Setelah Alfred wafat, Wessex terus berkembang dan diperluas lagi dengan menaklukkan Kerajaan Danelaw. Perkembangan Wessex ini membuat kesempatan untuk menyatukan Inggris secara politik semakin besar. Penyatuan ini pada akhirnya berhasil dilakukan oleh Athelstan pada tahun 953 setelah berdamai dengan Eadred. Gelombang serangan baru dari bangsa Skandinavia pada akhir abad ke-10 berakhir dengan ditaklukkannya kerajaan bersatu ini oleh Sweyn Forkbeard pada tahun 1013 dan kemudian oleh putranya, Knut, pada tahun 1016. Penaklukan ini membuat Inggris memasuki periode singkat sebagai bagian dari imperium Laut Utara yang juga terdiri dari Denmark dan Norwegia. Namun, pada tahun 1042, Edward sang Pengaku berhasil merebut kembali tanah Inggris.
Setelah pemerintahan Edward, pasukan Normandia, di bawah pimpinan William sang Penakluk, berhasil menaklukkan Inggris pada tahun 1066.[48] Bangsa Normandia ini sendiri berasal dari Skandinavia dan telah menetap di Norman (Prancis Utara) pada akhir abad ke-9 dan awal abad ke-10.[49] Penaklukan ini menyebabkan jatuhnya periode budaya berbahasa Inggris dan digantikan oleh aristokrasi baru yang berbahasa Prancis. Perubahan ini pada akhirnya memiliki efek yang mendalam dan permanen terhadap perkembangan bahasa Inggris kedepannya.[50]
Wangsa Plantagenet dari Anjou mewarisi takhta Inggris, dengan Henry II yang menjabat sebagai Raja Inggris. Pada periode ini, Inggris berhasil memperluas kerajaannya hingga ke Prancis dan juga mewarisi takhta dari Kerajaan Prancis, termasuk Aquitaine.[51] Inggris memerintah Prancis selama tiga abad lamanya, di bawah pemerintahan raja-raja seperti: Richard I, Edward I, Edward III dan Henry V.[51] Pada periode ini juga terjadi perubahan besar dalam bidang perdagangan dan undang-undang, termasuk pengesahan Magna Carta, yang merupakan piagam hukum Inggris yang digunakan untuk membatasi kekuasaan raja berdasarkan hukum dan juga melindungi hak-hak penduduk merdeka. Monastisisme Katolik juga berkembang pada periode ini, yang menghasilkan filsuf-filsuf serta dibangunnya universitas-universitas seperti Universitas Oxford dan Cambridge oleh patronase kerajaan. Kerajaan Wales diambil alih oleh Plantagenet pada abad ke-13,[52] sedangkan Ketuanan Irlandia dihadiahkan kepada monarki Inggris oleh Paus.
Selama abad ke-14, Plantagenet dan Wangsa Valois dari Prancis sama-sama mengklaim sebagai pewaris sah atas Wangsa Kapet, yang menyebabkan kedua negara tersebut terlibat konflik yang berkelanjutan dalam Perang Seratus Tahun.[53] Musibah Kematian Hitam yang melanda Inggris pada tahun 1348 menewaskan kurang lebih setengah dari total populasi Inggris pada saat itu.[54][55] Dari tahun 1453-1487, perang saudara antara dua wangsa keluarga kerajaan terjadi (Wangsa York dan Wangsa Lancaster). Perang ini dikenal dengan sebutan Perang Mawar,[56] yang berakhir dengan kekalahan York dan harus merelakan takhta jatuh ke tangan Wangsa Tudor dari Wales, yaitu penerus Lancaster. Tudor, yang dipimpin oleh Henry Tudor, menginvasi Inggris bersama tentara-tentara Breton dan Wales. Tentara ini berhasil memperoleh kemenangan dalam Pertempuran Bosworth dengan tewasnya raja York terakhir; Richard III.[57]
Selama periode Tudor, Renaisans mencapai Inggris melalui budaya Italia, yang memperkenalkan kembali seni serta debat pendidikan dan ilmiah dari zaman klasik.[58] Selama periode ini, Inggris mulai mengembangkan keterampilan angkatan laut, dan penjelajahan lautan untuk membangun koloni.[59][60]
Henry VIII memisahkan diri dari persekutuan dengan Gereja Katolik, ia kemudian mengesahkan Undang-Undang Supremasi pada tahun 1534 yang menyatakan bahwa raja adalah kepala dari Gereja Inggris. Berbeda dengan sebagian besar Protestanisme Eropa lainnya, akar dari pemisahan Inggris dari Gereja Katolik ini lebih ke arah politis ketimbang alasan teologis.[catatan 4] Henry juga secara hukum menggabungkan negeri leluhurnya, Wales, menjadi bagian dari Kerajaan Inggris dengan mengesahkan Undang-Undang Wales 1535-1542. Ada beberapa konflik agama internal yang terjadi selama masa pemerintahan putri Henry, Mary I dan Elizabeth I. Mary menghantarkan Inggris kembali ke pelukan Katolik, sedangkan Elizabeth memisahkannya sekali lagi, lalu menegaskan supremasi Gereja Inggris lebih kuat lagi dengan membentuk Anglikan.
Armada Inggris di bawah pimpinan Francis Drake berhasil mengalahkan armada Spanyol pada periode Elizabethan. Setelah persaingan panjang dengan Spanyol, koloni pertama Inggris di Amerika akhirnya berhasil didirikan pada 1585 oleh penjelajah Walter Raleigh di Virginia dan menamakannya Roanoke. Pemanfaatan koloni Roanoke ini gagal dan dikenal sebagai "koloni yang hilang", koloni ini kemudian ditinggalkan karena kurangnya persediaan makanan.[62] Bersama East India Company, Inggris juga bersaing dengan Belanda dan Prancis di Timur. Struktur politik Inggris berubah pada tahun 1603 saat Wangsa Stuart, dengan rajanya James VI dari Skotlandia, kerajaan yang menjadi musuh lama Kerajaan Inggris, mewarisi takhta Inggris. James kemudian menciptakan persatuan personal antara Kerajaan Inggris dan Kerajaan Skotlandia.[63][64] James menobatkan dirinya sebagai Raja Britania Raya, meskipun hal tersebut tidak diakui oleh hukum Inggris.[65] Di bawah pemerintahannya, Alkitab Versi Raja James diterbitkan pada tahun 1611. Alkitab ini tidak hanya mengalahkan karya-karya Shakespeare sebagai karya sastra terbesar dalam bahasa Inggris, tetapi juga menjadi versi standar dari Alkitab yang paling banyak dibaca oleh umat Kristiani selama empat ratus tahun.
Akibat posisi politik, agama dan sosial yang saling bertentangan, Perang Saudara Inggris terjadi antara para pendukung Parlemen dan pendukung Raja Charles I, yang masing-masingnya dikenal dengan sebutan Roundhead dan Cavalier. Perang ini adalah bagian dari rangkaian perang berkelanjutan yang dikenal sebagai Perang Tiga Kerajaan, yang juga melibatkan Skotlandia dan Irlandia. Pada akhirnya, parlemen berhasil menang, Charles I kemudian dieksekusi dan pemerintahan kerajaan diganti menjadi Persemakmuran Inggris. Pemimpin pasukan Parlemen, Oliver Cromwell, menobatkan dirinya sebagai Lord Protector pada tahun 1653.[66] Setelah kematian Cromwell, putranya, Richard mengundurkan diri dan tidak bersedia menjabat sebagai Lord Protector. Kemudian, Charles II dipanggil kembali untuk menempati jabatan sebagai Raja Inggris pada tahun 1660. Pada masa Charles II, melalui Restorasi Inggris, konstitusi kerajaan dirombak. Konstitusi baru ini menyatakan bahwa Raja dan Parlemen harus memerintah Inggris bersama-sama, meskipun pada kenyataannya parlemen akan memiliki kekuasaan yang lebih nyata. Kebijakan ini disahkan dalam Undang-Undang Deklarasi Hak 1689. Undang-undang ini juga menyatakan bahwa undang-undang hanya bisa dibuat oleh Parlemen dan tidak bisa ditangguhkan oleh Raja, dan Raja tidak diperkenankan memungut pajak atau menambah tentara tanpa persetujuan dari parlemen.[67] Dengan didirikannya Royal Society pada tahun 1660, ilmu pengetahuan di Inggris juga mengalami perkembangan yang pesat.
Kebakaran Besar London yang terjadi pada tahun 1666 menghanguskan sebagian besar kota London, tetapi dibangun kembali tidak lama sesudahnya.[68] Dalam Parlemen, dua faksi muncul sebagai kekuatan utama, yaitu Tory dan Whig. Tory merupakan pendukung kerajaan (royalis), sedangkan Whig beraliran liberal klasik. Faksi Tory pada awalnya mendukung James II. Namun, bersama Whig, kedua faksi ini kemudian berbalik menggulingkan takhta James dalam Revolusi Agung pada tahun 1688. Setelah jatuhnya takhta James, pangeran Belanda, William III, diundang untuk meneruskan takhta sebagai Raja Inggris. Di Skotlandia, muncul gerakan-gerakan yang menamakan dirinya sebagai Jacobites. Gerakan ini menolak kepemimpinan William dan menginginkan takhta tetap dipegang oleh keturunan dari James II. Setelah diadakan perundingan, Parlemen Inggris dan Parlemen Skotlandia sepakat untuk menggabungkan masing-masing kerajaan dalam sebuah kesatuan politik bernama Kerajaan Britania Raya pada tahun 1707.[63][69] Untuk menegaskan "persatuan politik" tersebut, lembaga-lembaga seperti hukum dan gereja nasional di masing-masing kerajaan tetap terpisah.[70]
Di bawah Kerajaan Britania Raya yang baru terbentuk, peranan dari Royal Society yang dikombinasikan dengan sedang berlangsungnya era Pencerahan di Inggris dan Skotlandia menghasilkan inovasi yang berkembang pesat dalam bidang sains dan teknologi. Perkembangan ini selanjutnya membuka jalan bagi terbentuknya Imperium Britania. Sedangkan di dalam negeri, hal tersebut memicu munculnya Revolusi Industri, yaitu suatu periode terjadinya perubahan besar dalam bidang sosial ekonomi dan kebudayaan di Inggris, menghasilkan sistem pertanian, manufaktur, teknik, dan pertambangan yang terindustrialisasi serta memelopori pembangunan jalan-jalan baru dan jaringan kereta api untuk memfasilitasi revolusi ini.[71] Dibukanya Kanal Bridgewater di Inggris Utara pada tahun 1761 menghantarkan Inggris ke era kanal Britania.[72][73] Pada tahun 1825, lokomotif uap kereta penumpang permanen pertama, Stockton and Darlington Railway, dibuka untuk umum.[72]
Pada masa Revolusi Industri, banyak penduduk pedesaan di Inggris yang pindah ke wilayah perkotaan untuk bekerja di pabrik-pabrik seperti London, Manchester, dan Birmingham. Kota-kota ini selanjutnya dijuluki sebagai "Kota Gudang" dan "Bengkel Dunia".[74][75] Inggris berhasil mempertahankan kestabilan pemerintahannya saat Revolusi Prancis meletus. William Pitt menjadi Perdana Menteri Britania Raya pada usia 24 tahun saat pemerintahan George III. Saat terjadinya Perang Napoleon, Napoleon Bonaparte berencana untuk menyerang Inggris dari tenggara. Namun rencana ini gagal. Tentara Britania di bawah pimpinan Horatio Nelson berhasil mengalahkan Tentara Napoleon di laut. Sedangkan di darat tentara Napoleon juga berhasil dikalahkan di bawah pimpinan Arthur Wellesley. Perang Napoleon ini menumbuhkan konsep "Britishness" dan identitas nasional "British", bersama dengan orang-orang Skotlandia dan Wales.[76]
London menjadi kawasan metropolitan terbesar dan terpadat di dunia pada era Victoria, serta juga menjadi kota perdagangan paling prestisius dalam Imperium Britania.[77] Pergolakan politik di dalam negeri memunculkan gerakan-gerakan seperti Chartisme dan Suffragette menyebabkan dilakukannya reformasi legislatif dan pemberlakuan hak pilih universal.[78] Pergesekan kekuasaan di Eropa tengah dan timur mengakibatkan meletusnya Perang Dunia I. Ratusan ribu tentara Inggris tewas karena berjuang untuk Britania Raya sebagai bagian dari Blok Sekutu.[catatan 5] Dua dekade kemudian, dalam Perang Dunia II, Inggris sekali lagi menjadi bagian dari Blok Sekutu. Pada akhir Perang Phoney, Winston Churchill menjadi Perdana Menteri. Berkembangnya teknologi perang menyebabkan banyak kota yang hancur akibat serangan udara dalam peristiwa The Blitz. Setelah perang usai, Imperium Britania menerapkan kebijakan dekolonisasi terhadap negara-negara jajahannya. Perang juga menyebabkan pesatnya perkembangan teknologi; automobil menjadi sarana utama transportasi dan mesin jet yang dikembangkan oleh Frank Whittle menyebabkan inovasi perjalanan udara menjadi lebih luas.[80] Perusahaan-perusahaan nasional di Inggris dinasionalisasi, dan National Health Service (NHS) didirikan pada tahun 1948. NHS Inggris menyediakan layanan kesehatan yang didanai oleh pemerintah bagi semua warga Inggris secara gratis sesuai kebutuhan, tetapi tetap dibayar melalui pajak umum. Dalam bidang pemerintahan, reformasi pemerintahan daerah dilakukan pada pertengahan abad ke-20.[81][82]
Sejak abad ke-20, terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran ke Inggris, sebagian besar berasal dari bagian lain Kepulauan Britania, tetapi juga ada yang berasal dari negara-negara Persemakmuran, terutama dari Asia Selatan.[83] Sejak tahun 1970 juga terjadi perubahan besar dalam sektor manufaktur dan pertumbuhan sektor industri jasa.[84] Sebagai bagian dari Britania Raya, Inggris bergabung dengan organisasi Masyarakat Ekonomi Eropa, yang selanjutnya menjadi Uni Eropa. Pada akhir abad ke-20, pemerintahan daerah di Britania Raya mengalami perubahan dengan diberikannya devolusi pada Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.[85] Namun, Inggris tetap menjadi bagian dari yurisdiksi Britania Raya.[86] Devolusi atau pelimpahan kekuasaan ini mendorong terbentuknya identitas "English" dan rasa patriotisme yang lebih kuat.[87][88] Akibatnya, tidak ada devolusi yang diberikan kepada Inggris, upaya untuk menciptakan sebuah sistem serupa dalam hal pemerintahan daerah juga ditolak dalam referendum.[89]
Secara geografis, Inggris mencakup dua pertiga dari Pulau Britania Raya di bagian tengah dan selatan, ditambah pulau-pulau lepas pantai seperti Isle of Wight dan Isles of Scilly. Inggris berbatasan dengan dua negara lainnya di Britania Raya; Skotlandia di sebelah utara dan Wales di sebelah barat. Inggris merupakan negara yang lokasinya paling dekat ke benua Eropa dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Kepulauan Britania. Negara ini berjarak 34-kilometer (21 mi) dari Prancis,[90] yang dipisahkan oleh Selat Inggris dan dihubungkan oleh terowongan bawah laut Channel di dekat Folkestone.[91] Inggris juga memiliki pantai di Laut Irlandia, Laut Utara dan Samudera Atlantik.
Pelabuhan London, Liverpool, dan Newcastle masing-masingnya berlokasi di sungai-sungai pasang surut Thames, Mersey dan Tyne. Dengan panjang sekitar 354 kilometer (220 mi), Sungai Severn adalah sungai terpanjang yang mengalir melintasi Inggris.[92] Sungai ini bermuara di Selat Bristol dan terkenal karena air pasangnya yang mencapai ketinggian hingga 2 meter (6,6 ft).[93] Sungai terpanjang di Inggris berikutnya adalah Sungai Thames (346 kilometer (215 mi)).[94] Ada banyak danau di Inggris, yang terbesar adalah Windermere di Danau District.[95]
Dalam istilah geologi, Pennines, yang dikenal sebagai "tulang punggung Inggris", adalah pegunungan tertua di negara ini, yang berasal dari akhir Zaman Paleozoikum, sekitar 300 juta tahun yang lalu.[96] Komposisi geologis pegunungan ini terdiri dari batu pasir, batu kapur, serta batubara. Terdapat lanskap karst di wilayah kalsit seperti di bagian Yorkshire dan Derbyshire. Lanskap Pennine merupakan tegalan tinggi di kawasan dataran tinggi, terkenal karena lembah suburnya di kawasan-kawasan tepi sungai. Di Pennines terdapat tiga taman nasional, yaitu Yorkshire Dales, Northumberland, dan Peak District. Titik tertinggi di Inggris berada pada 978 meter (3.209 ft) di Scafell Pike, Cumbria.[95] Bukit Cheviot membentang melintasi perbatasan antara Inggris dan Skotlandia.
Dataran rendah di Inggris terdapat di sebelah selatan Pennines, yang terdiri dari perbukitan hijau seperti Bukit Cotswold, Bukit Chiltern, North Downs dan South Downs. Semenanjung Barat Daya di West Country juga mencakup tegalan dataran tinggi yang beriklim sedang seperti Dartmoor dan Exmoor. Kedua kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional.[97]
Inggris memiliki iklim laut sedang, dengan suhu tidak lebih rendah dari 0 °C (32 °F) pada musim dingin dan tidak lebih tinggi dari 32 °C (90 °F) pada musim panas.[98] Cuacanya relatif lembap dan sering kali berubah-ubah. Cuaca terdingin terjadi pada bulan Januari dan Februari, terutama di wilayah pesisir. Sedangkan cuaca terpanas berlangsung pada bulan Juli. Bulan dengan cuaca sedang dan hangat adalah bulan Mei, Juni, September dan Oktober.[98] Curah hujan tersebar cukup merata sepanjang tahun.
Pengaruh terpenting pada iklim Inggris adalah kedekatannya dengan Samudera Atlantik. Inggris berlokasi di lintang utara dan pemanasan laut dihantarkan oleh Arus Gulf.[98] Curah hujan yang lebih tinggi terdapat di wilayah bagian barat, dan kawasan di bagian Danau District menerima hujan yang lebih sering dibandingkan dengan tempat manapun di Inggris.[98] Sejak pencatatan cuaca mulai dilakukan, suhu tertinggi yang tercatat adalah 38,5 °C (101,3 °F) pada tanggal 10 Agustus 2003 di Brogdale, Kent.[99] Sedangkan suhu terendah adalah −26,1 °C (−15,0 °F) pada tanggal 10 Januari 1982 di Edgmond, Shropshire.[100]
Sebagai bagian dari Britania Raya, sistem politik dasar bagi Inggris adalah monarki konstitusional dan sistem parlementer.[102] Inggris tidak memiliki pemerintahan sendiri sejak tahun 1707. Berdasarkan Undang-Undang Kesatuan 1707, Inggris dan Skotlandia bersatu menjadi Kerajaan Britania Raya.[69] Sebelum penyatuan tersebut, Inggris diperintah oleh monarki dan Parlemen Inggris. Saat ini, Inggris diatur langsung oleh Parlemen Britania Raya, meskipun negara-negara Britania lainnya diserahi pemerintahan sendiri (devolusi).[103] Pada House of Commons, yaitu Majelis Rendah dalam Parlemen Britania Raya, terdapat 532 dari total 650 anggota Parlemen (MP) yang mewakili konstituensi Inggris.[104]
Dalam pemilihan umum Britania Raya 2010, Partai Konservatif berhasil memenangkan mayoritas suara mutlak di Inggris, yakni 532 kursi; 61 kursi lebih banyak daripada gabungan kursi dari partai-partai lainnya. Namun, Konservatif tidak memperoleh jumlah kursi mayoritas dalam parlemen, sehingga menghasilkan "parlemen yang menggantung".[105] Untuk bisa memperoleh mayoritas suara di parlemen, Konservatif yang dipimpin oleh David Cameron berkoalisi dengan partai terbesar ketiga di Britania Raya, yaitu Partai Liberal Demokratis pimpinan Nick Clegg. Selanjutnya, pemimpin Partai Buruh, Gordon Brown, terpaksa meletakkan jabatannya sebagai perdana menteri.[106] Saat ini, Partai Buruh dipimpin oleh Ed Miliband.
Sebagai konsekuensi atas keanggotaan Britania Raya di Uni Eropa, pemilu untuk menentukan siapa wakil Britania yang akan dikirim sebagai anggota Parlemen Eropa juga diselenggarakan secara regional di Inggris. Dalam pemilihan umum Parlemen Eropa 2009, hasil dari pemilu di region-region di Inggris untuk anggota Parlemen Eropa adalah sebagai berikut: 23 dari Konservatif, 10 dari Partai Kemerdekaan, 10 dari Liberal Demokratis, dua dari Partai Hijau, dan dua dari Partai Nasional Britania.[107]
Sejak devolusi, negara-negara lain yang berada dalam kedaulatan Britania Raya (Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara), masing-masing memiliki parlemen terdevolusi sendiri atau majelis untuk isu-isu lokal. Ada perdebatan mengenai status devolusi di Inggris. Awalnya direncanakan bahwa seluruh region di Inggris akan didevolusikan juga, tetapi setelah adanya penolakan dari region di Inggris Timur Laut dalam referendum, rencana ini akhirnya berhenti diajukan.[89]
Salah satu isu utama yang muncul dari kebijakan devolusi ini adalah "pertanyaan West Lothian (West Lothian question), yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana anggota parlemen Skotlandia dan Wales dapat memberikan suara atas undang-undang yang terkait dengan Inggris, sedangkan Inggris tidak memiliki hak yang setara.[108] Akibat tidak memiliki devolusi kekuasaan, Inggris menjadi satu-satunya negara di Britania Raya yang tidak diberi hak untuk merumuskan kebijakan mengenai pengobatan kanker gratis, perawatan perumahan untuk penduduk usia tua, dan biaya pendidikan tinggi gratis.[109] Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya rasa "nasionalisme Inggris".[110] Beberapa pihak telah menyarankan pembentukan Parlemen Inggris yang terdevolusi,[111] sedangkan yang lainnya juga mengusulkan agar pemberian suara yang terkait dengan Inggris dibatasi, dengan artian hanya berhak dilakukan oleh anggota parlemen yang berasal dari daerah pemilihan Inggris.[112]
Sistem hukum Inggris yang berkembang selama berabad-abad adalah dasar dari sistem hukum umum yang digunakan di sebagian besar negara-negara Persemakmuran dan Amerika Serikat (kecuali Louisiana).[113][114] Meskipun telah menjadi negara bagian dari Britania Raya, sistem hukum Pengadilan Inggris dan Wales tetap digunakan. Berdasarkan Perjanjian Kesatuan, sistem hukum yang digunakan di Inggris dan Wales terpisah dengan sistem hukum yang digunakan di Skotlandia. Esensi umum dari hukum Inggris adalah bahwa hukum dibuat oleh hakim yang berkedudukan di pengadilan, yang menerapkannya menurut akal sehat dan pengetahuan mereka (preseden).[115]
Sistem pengadilan dikepalai oleh Pengadilan Senior Inggris dan Wales, yang terdiri dari Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi Kehakiman untuk kasus perdata, dan Pengadilan Mahkota untuk kasus pidana.[116] Sedangkan Mahkamah Agung Britania Raya merupakan lembaga peradilan tertinggi untuk kasus-kasus perdata maupun pidana di Inggris dan Wales. Mahkamah ini dibentuk pada tahun 2009 setelah perubahan konstitusi, yang mengambil alih fungsi yudisial dari House of Lords.[117] Keputusan dari Mahkamah Agung ini mengikat setiap pengadilan lainnya dalam hierarki dan harus sesuai dengan petunjuknya.[118]
Kriminalitas meningkat antara tahun 1981 sampai 1995, tetapi mengalami penurunan sekitar 42% pada periode 1995-2006.[119] Populasi penjara naik dua kali lipat pada periode yang sama. Hal ini menjadikan Inggris sebagai negara dengan tingkat penahanan tertinggi di Eropa Barat, dengan perbandingan 147 tahanan per 100.000 jiwa.[120] Layanan Tahanan Yang Mulia (Her Majesty's Prison Service) bertugas melaporkan kepada Menteri Kehakiman sekaligus mengelola penjara di Inggris yang dihuni oleh lebih dari 80.000 narapidana.[120]
Subdivisi pemerintahan daerah di Inggris terdiri dari empat tingkat divisi administratif yang dikendalikan oleh berbagai tipe entitas administratif dan diciptakan dengan tujuan kepemerintahan daerah. Tingkat tertinggi dari pemerintahan daerah di Inggris terdiri dari sembilan wilayah, yakni: Inggris Timur Laut, Inggris Barat Laut, Yorkshire dan Humber, Midlands Timur, Midlands Barat, Inggris Timur, Inggris Tenggara, Inggris Barat Daya, dan London. Pembagian ini ditetapkan pada tahun 1994 dengan status sebagai Region Kantor Pemerintahan (Government Office Region) untuk mendistribusikan berbagai kebijakan dan program regional Pemerintah Britania Raya, tetapi tidak ada badan-badan terpilih yang didelegasikan pada tingkat ini, kecuali di London. Kemudian pada tahun 2011, status Kantor Pemerintahan ini dihapuskan.[121] Meskipun demikian, batas-batas yang sama tetap digunakan sebagai daerah pemilihan anggota Parlemen Eropa secara regional.
Setelah devolusi, ada rencana untuk menciptakan sebuah majelis regional tersendiri di masing-masing region di Inggris. Rencana ini diwujudkan melalui referendum. London menyetujui referendum pada tahun 1998. Dua tahun kemudian, Majelis London dibentuk. Namun, ketika usulan tersebut ditolak oleh referendum devolusi Inggris utara 2004 di Inggris Timur Laut, rencana tersebut akhirnya dibatalkan.[89] Majelis regional di luar London dihapuskan pada tahun 2010, dan fungsinya dialihkan menjadi Badan Pembangunan Regional dan sebuah sistem baru dari badan otoritas daerah.[122]
Di bawah tingkat regional, Inggris dibagi menjadi 48 county seremonial.[123] Pembagian ini digunakan khususnya sebagai kerangka acuan geografis dan telah dikembangkan secara bertahap sejak Abad Pertengahan, ada juga beberapa county yang didirikan baru-baru ini pada tahun 1974.[124] Masing-masing county memiliki seorang Lord Lieutenant dan High Sheriff; jabatan ini dimaksudkan untuk mewakili Monarki Britania Raya lokal.[123] Di luar London Raya dan Isles of Scilly, Inggris juga terbagi menjadi 83 county metropolitan dan non-metropolitan, pembagian ini sesuai dengan kawasan yang digunakan untuk kepentingan kepemerintahan daerah,[125] dan county-county ini bisa saja terdiri dari satu ataupun banyak distrik.
Terdapat enam county metropolitan berdasarkan wilayah perkotaan yang berpenduduk paling padat, county-county ini tidak memiliki Dewan County.[125] Di wilayah ini, otoritas utama dipegang oleh dewan subdivisi, yaitu borough metropolitan. Sedangkan di wilayah lain, 27 county non-metropolitan "shire" memiliki dewan county dan terbagi menjadi beberapa distrik, masing-masing distrik juga memiliki Dewan Distrik. County-county ini biasanya (meskipun tidak selalu) terdapat di kawasan perdesaan. County non-metropolitan yang selebihnya terdiri dari satu distrik dan biasanya merupakan sebuah kota kecil atau county yang berpenduduk jarang, county ini dikenal sebagai otoritas kesatuan (unitary authorities). London Raya memiliki sistem pemerintahan daerah yang berbeda; dengan 32 borough London, ditambah City of London yang mencakup kawasan kecil di pusat London dan diatur oleh Korporasi City of London.[126] Pada tingkat pemerintahan daerah terendah, Inggris terbagi menjadi paroki-paroki sipil yang masing-masingnya memiliki dewan paroki tersendiri. Paroki-paroki ini tidak terdapat di London Raya.[127]
Bendera nasional Inggris dikenal sebagai St. George Cross dan telah menjadi bendera negara sejak abad ke-13. Sebenarnya, bendera tersebut dipakai oleh wilayah maritim dari Republik Genoa. Kerajaan Inggris membayar upeti kepada Pemerintah Genoa dari tahun 1190, sehingga kapal-kapal Inggris dapat memakai bendera tersebut sebagai simbol perlindungan ketika melewati perairan Mediterania. Salib merah adalah simbol bagi Perang Salib pada abad ke-12 dan 13. Lambang ini dikaitkan dengan Santo George yang diklaim sebagai santo pelindung Inggris dan kemudian menggunakan salibnya sebagai bendera.[128] Sejak tahun 1606, Salib St George juga membentuk bagian dari desain Union Flag, bendera Britania Raya yang dirancang oleh Raja James I.[129]
Ada sejumlah simbol dan artefak simbolik lainnya, baik yang resmi maupun tidak resmi, termasuk mawar Tudor, flora identitas bangsa, naga putih, dan tiga ekor singa yang ditampilkan di lambang nasional Inggris. Mawar tudor diadopsi sebagai lambang nasional Inggris pada waktu terjadinya Perang Mawar sebagai simbol perdamaian.[130] Simbol ini merupakan simbol sinkretis yang menggabungkan mawar putih yang melambangkan Wangsa York, dan mawar merah, yang melambangkan Wangsa Lancaster (penerus Wangsa Plantagenet). Simbol ini juga dikenal sebagai "Mawar dari Inggris".[131] Pohon oak juga ditetapkan sebagai simbol nasional Inggris, yang melambangkan kekuatan dan daya tahan. Istilah "Royal Oak" merujuk pada usaha melarikan diri Raja Charles II dari cengkeraman para anggota parlemen setelah ayahnya dieksekusi. Konon ia bersembunyi di sebuah pohon oak untuk menghindari penangkapan.
Lambang Nasional Inggris menampilkan tiga ekor singa yang ditetapkan oleh Raja Richard si Hati Singa pada tahun 1198. Inggris tidak memiliki lagu kebangsaan resmi. Sebagai bagian dari Britania Raya, lagu kebangsaan de facto adalah God Save the Queen. Namun, lagu Jerusalem, I Vow to Thee, My Country dan Land of Hope and Glory sering dianggap sebagai lagu kebangsaan tidak resmi Inggris. Lagu-lagu tersebut dikumandangkan dalam ajang Pesta Olahraga Persemakmuran 2002.[132] Hari kebangsaan Inggris diperingati setiap tanggal 23 April, yang bertepatan dengan Hari St George.[133]
Perekonomian Inggris merupakan salah satu perekonomian terbesar di dunia, dengan PDB per kapita rata-rata £ 22.907.[136] Inggris menerapkan sistem ekonomi pasar campuran; yang mengadopsi sebagian besar prinsip-prinsip pasar bebas, tetapi tetap mempertahankan infrastruktur kesejahteraan soaial.[137] Mata uang resmi di Inggris adalah pound sterling (ISO 4217, GBP). Perpajakan di Inggris cukup kompetitif bila dibandingkan dengan kebanyakan negara Eropa lainnya. Pada tahun 2009, tarif dasar pajak perseorangan adalah 20% dengan penghasilan kena pajak mencapai £ 37.400, dan 40% bagi yang berpenghasilan di atas jumlah tersebut.[138]
Ekonomi Inggris menyumbangkan bagian terbesar bagi ekonomi Britania Raya,[136] yang PDB (PPP) per kapitanya merupakan tertinggi ke-18 dunia. Inggris merupakan pemimpin dalam industri kimia dan farmasi,[139] juga dalam industri-industri penting seperti kedirgantaraan, industri senjata, dan industri perangkat lunak. Bursa efek London, yang berlokasi di London, merupakan bursa saham terbesar di Eropa. London juga merupakan pusat keuangan di Britania Raya, 100 dari 500 perusahaan terbesar di Eropa bermarkas di London.[140] Di samping itu, London merupakan pusat keuangan terbesar di Eropa, dan pada tahun 2009 juga dinobatkan sebagai salah satu pusat bisnis dan keuangan terbesar di dunia.[141]
Bank of England, yang didirikan pada tahun 1694 oleh bankir Skotlandia bernama William Paterson adalah bank sentral Britania Raya. Pada awalnya, bank ini didirikan sebagai bank swasta, tetapi sejak tahun 1946, bank ini telah dinasionalisasi menjadi milik negara.[142] Bank of England memiliki hak monopoli untuk mencetak uang kertas di Inggris dan Wales, tetapi hak ini tidak berlaku di Skotlandia dan Irlandia Utara. Pemerintah Britania Raya menyerahkan tanggung jawab kepada Komite Kebijakan Moneter Bank of England untuk mengelola kebijakan moneter negara dan menetapkan suku bunga.[143]
Inggris pada dasarnya adalah sebuah negara industri. Namun, sejak tahun 1970-an terjadi penurunan dalam sektor-sektor industri berat dan manufaktur, dan terjadi peningkatan dalam sektor industri jasa.[84] Sektor pariwisata juga menjadi andalan bagi perekonomian Inggris. Sektor ini menarik jutaan wisatawan mancanegara ke Inggris setiap tahunnya. Ekspor Inggris didominasi oleh obat-obatan, mobil (meskipun sebagian besar perusahaan otomotif Inggris seperti Rolls-Royce, Lotus, Jaguar dan Bentley saat ini dimiliki oleh asing), minyak mentah yang dihasilkan dari penambangan minyak di Laut Utara, mesin pesawat, serta minuman beralkohol.[144] Sektor pertanian sudah sangat intensif dan termekanisasi. Sektor ini memproduksi sekitar 60% bagi kebutuhan makanan dan menyerap sekitar 2% angkatan kerja di Inggris.[145] Dua pertiga produksi dikhususkan untuk sektor peternakan, selebihnya untuk pertanian.[146]
Tokoh terkemuka yang berasal dari Inggris di bidang sains dan matematika antara lain Sir Isaac Newton, Michael Faraday, Robert Hooke, Robert Boyle, Joseph Priestley, J. J. Thomson, Charles Babbage, Charles Darwin, Stephen Hawking, Christopher Wren, Alan Turing, Francis Crick, Joseph Lister, Tim Berners-Lee, Paul Dirac, Andrew Wiles dan Richard Dawkins. Beberapa ahli mengklaim bahwa konsep awal dari sistem metrik diciptakan oleh John Wilkins, sekretaris pertama Royal Society pada tahun 1668.[147] Sebagai tempat kelahiran Revolusi Industri, Inggris adalah kediaman bagi penemu-penemu terkemuka pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-20. Insinyur Inggris yang terkemuka pada masa Revolusi Industri di antaranya adalah Isambard Kingdom Brunel, yang terkenal karena menciptakan rangkaian kapal uap bernama Great Western Railway dan sejumlah jembatan-jembatan penting yang mengakibatkan perkembangan angkutan umum dan teknik modern.[148] Mesin uap yang diciptakan oleh Thomas Newcomen juga turut membantu menelurkan Revolusi Industri.[149] Vaksin cacar yang ditemukan oleh Edward Jenner dikatakan telah "menyelamatkan lebih banyak nyawa umat manusia".[150][151][152]
Penemuan dan penciptaan yang berasal dari Inggris di antaranya adalah mesin jet, mesin pemintal pertama, komputer pertama dan komputer modern pertama, World Wide Web dan HTML, transfusi darah manusia yang berhasil pertama, mesin penghisap debu,[153] mesin pemotong rumput, sabuk pengaman, kapal bantalan udara, motor listrik, mesin uap, dan teori-teori seperti teori evolusi Darwin dan teori atom. Newton mengembangkan teori gravitasi universal, mekanika klasik, dan infinitesimal kalkulus, serta Robert Hooke dengan hukum elastisitasnya. Penemuan lainnya termasuk kereta api plat besi, termosipon, aspal, karet gelang, perangkap tikus, bola lampu, lokomotif uap, garis jalan, garukan traktor, dan lain sebagainya.[154]
Department for Transport adalah badan pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengawasi transportasi di Inggris. Ada banyak jalan tol dan jalan raya nasional di Inggris, di antaranya A1 Great North Road, yang melintasi bagian timur Inggris, dari London ke Newcastle hingga ke perbatasan Skotlandia, sebagian besar dari jalan ini adalah jalan tol.[155] Jalan tol terpanjang di Inggris adalah M6, yang membentang dari Rugby ke Inggris Barat Laut hingga ke perbatasan Inggris-Skotlandia.[155] Rute-rute utama lainnya di antaranya M1 dari London ke Leeds, M25 yang mengelilingi London, M60 yang mengelilingi Manchester, M4 dari London ke South Wales, M62 dari Liverpool via Manchester ke East Yorkshire, dan M5 dari Birmingham ke Bristol dan Inggris Barat Daya.[155]
Transportasi bus tersebar luas di seluruh Inggris, perusahaan-perusahaan bus besar di antaranya National Express, Arriva, dan Go-Ahead Group. Bus tingkat berwarna merah yang terdapat di London telah menjadi ikon transportasi Inggris. Terdapat juga jaringan kereta cepat di dua kota, yaitu London Underground di London, dan Tyne and Wear Metro di Newcastle, Gateshead dan Sunderland.[157] Selain itu, juga ada beberapa jaringan trem seperti Blackpool Tramway, Manchester Metrolink, Sheffield Supertram dan Midland Metro. Sistem Tramlink ini berpusat di Croydon, London Selatan.[157]
Transportasi kereta api di Inggris adalah yang tertua di dunia. Kereta api penumpang berasal dari Inggris pada tahun 1825.[158] Sekitar 16.116 kilometer (10.014 mi) dari panjang total rel di Britania Raya terdapat di Inggris, yang melintas ke berbagai penjuru negara. Ada rencana untuk membuka kembali jalur-jalur lama yang ditutup seperti Varsity Line yang menghubungkan Oxford dan Cambridge. Jalur-jalur kereta di Inggris kebanyakan berukuran standar (jalur tunggal, jalur ganda atau jalur empat). Terdapat juga transportasi kereta api yang menghubungkan akses ke Prancis dan Belgia melalui jalur kereta api bawah laut di Terowongan Channel yang pembangunannya selesai pada tahun 1994.
Inggris memiliki jaringan penerbangan domestik dan internasional yang luas. Bandar udara terbesar adalah London Heathrow yang merupakan bandar udara tersibuk di dunia berdasarkan jumlah penumpang internasional.[159] Bandar udara besar lainnya di antaranya Bandar Udara Manchester, Bandar Udara London Stansted, Bandar Udara London Luton, dan Bandar Udara Birmingham.[156] Di laut ada transportasi feri, baik lokal maupun internasional. Transportasi ini melayani rute ke Irlandia, Belanda, Belgia, dan sebagainya.[160] Inggris memiliki jalur air ternavigasi kira-kira sepanjang 7.100 km (4.400 mi), setengahnya dikelola oleh Canal & River Trust.[160] Namun, transportasi air ini juga sangat terbatas. Sungai Thames adalah jalur air utama di Inggris. Aktivitas ekspor dan impor difokuskan di Pelabuhan Tilbury. Pelabuhan ini merupakan salah satu dari tiga pelabuhan utama di Britania Raya.[160]
Dengan jumlah penduduk lebih dari 53 juta jiwa, Inggris adalah negara dengan populasi terpadat di Britania Raya. Jumlah tersebut setara dengan 84% dari total keseluruhan penduduk Britania Raya.[5][161] Secara personal, Inggris merupakan negara dengan jumlah populasi terbesar keempat di Uni Eropa dan terbesar ke-25 di dunia.[162] Inggris memiliki kepadatan penduduk 407 jiwa per kilometer persegi, terpadat di Uni Eropa setelah Malta.[163][164]
Bangsa Inggris (English) secara otomatis juga tergolong bangsa Britania (British).[3] Beberapa bukti genetik menunjukkan bahwa 75-95% keturunan dari garis ayah bangsa Inggris berasal dari pemukim zaman prasejarah dari Semenanjung Iberia, sedangkan 5% lebihnya berasal dari bangsa Angles and Saxons serta sedikit keturunan bangsa Norse.[165][166][167] Namun, studi genetik lainnya memperkirakan bahwa setengah dari gen bangsa Inggris terdiri dari Norse-Jermanik.[168][169][170] Seiring waktu, berbagai kebudayaan juga turut memengaruhi asal usul bangsa Inggris, kebudayaan ini di antaranya berasal dari Britania Prasejarah, Britonik,[171] Romawi, Anglo-Saxon,[172] Viking,[173] Gaelik, serta pengaruh besar dari bangsa Normandia. Terdapat diaspora bangsa Inggris di wilayah-wilayah bekas jajahan Britania, khususnya di Amerika Serikat, Kanada, Australia, Chili, Afrika Selatan, dan Selandia Baru.[catatan 6] Sejak akhir 1990-an, banyak warga Inggris yang bermigrasi ke Spanyol.[178][179]
Pada saat Domesday Book disusun pada tahun 1086, lebih dari 90% populasi Inggris, atau sekitar dua juta jiwa, tinggal di pedesaan.[181] Pada tahun 1801, jumlah populasi Inggris membengkak menjadi 8,3 juta, dan pada tahun 1901 telah tumbuh mencapai 30,5 juta.[182] Karena alasan kesejahteraan ekonomi, Inggris Tenggara telah menerima lebih banyak imigran dibandingkan dengan wilayah lainnya di Britania Raya,[3] termasuk dari Irlandia.[183] Proporsi penduduk dari etnis Eropa berjumlah sekitar 87,50% dari total penduduk Inggris, terutama keturunan Jerman dan Polandia.[3][184]
Para pendatang dari negara-negara bekas jajahan Britania telah tiba sejak tahun 1950. Sekitar 6% dari penduduk Inggris berasal dari Asia Selatan, kebanyakan dari India dan Pakistan,[3][184] sementara 2,90% populasi Inggris lainnya adalah kulit hitam, terutama dari Karibia dan negara-negara Afrika yang pernah menjadi koloni Britania Raya.[3][184] Ada juga sejumlah besar etnis Tionghoa di Inggris.[3][184] pada tahun 2007, sekitar 22% dari siswa sekolah dasar di Inggris berasal dari keluarga minoritas.[185] Sekitar setengah dari peningkatan populasi antara tahun 1991 hingga 2001 disebabkan oleh imigrasi.[186] Masalah migrasi ini sudah menjadi perdebatan politis sepanjang tahun.[187] Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Home Office, 80% warga Inggris menginginkan agar imigrasi ke Inggris dibatasi.[188] ONS memprediksi bahwa populasi Inggris akan tumbuh menjadi enam juta jiwa antara tahun 2004 hingga 2029.[189]
Sesuai dengan namanya, bahasa Inggris adalah bahasa utama di Inggris. Saat ini, bahasa Inggris dituturkan oleh ratusan juta orang di seluruh dunia. Bahasa Inggris merupakan rumpun bahasa Indo-Eropa cabang Anglo-Frisian dari kelompok bahasa Jermanik.[191] Setelah penaklukan Normandia, bahasa Inggris kuno tersingkirkan dan hanya dituturkan oleh masyarakat kelas bawah sebagai akibat dari meluasnya penggunaan bahasa Norman dan Latin dalam aristokrasi.
Pada abad ke-15, Inggris kembali pada era mode yang berlaku di seluruh jajaran kelas sosial. Meskipun banyak berubah, bentuk bahasa Inggris Pertengahan menunjukkan dominannya pengaruh bahasa Prancis, baik dari segi kosakata maupun ejaan. Selama masa Renaisans Inggris, banyak kata yang "dipinjam" dari bahasa Latin dan Yunani.[192] Bahasa Inggris Modern semakin memperluas metode "peminjaman" kata ini. Imperium Britania juga bertanggung jawab atas meluasnya persebaran bahasa Inggris. Saat ini, secara tidak resmi bahasa Inggris merupakan lingua franca di seluruh dunia.[193]
Bahasa Inggris telah menjadi bahasa ekonomi, pariwisata, dan penerbitan. Tidak ada undang-undang resmi yang mewajibkan bahasa resmi untuk Inggris,[194] namun bahasa Inggris-lah yang umumnya digunakan sebagai bahasa resmi bisnis dan pemerintahan. Meskipun Inggris adalah negara kecil, terdapat banyak aksen lokal yang saling berbeda. Aksen Inggris secara umum cenderung mengucapkan suatu kata atau kalimat dengan jelas sehingga mudah untuk dipahami dan lebih "terikat" pada grammar.
Bahasa Kernowek atau Cornish, bahasa daerah yang sempat punah pada abad ke-18, dihidupkan kembali,[195][196][197][198] dan saat ini dilindungi di bawah Piagam Eropa untuk Bahasa Regional atau Minoritas.[199] Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 0,1% dari total populasi di Cornwall,[200] dan juga diajarkan di beberapa sekolah dasar dan sekolah menengah.[201][202] Sekolah-sekolah negeri juga mengajari siswanya bahasa kedua, biasanya bahasa Prancis, Spanyol atau Jerman.[203] Akibatnya banyaknya imigran, pada tahun 2007 dilaporkan bahwa sekitar 800.000 anak sekolahan menuturkan bahasa asing di rumah mereka,[185] yang paling banyak adalah bahasa Punjabi dan Urdu.[204]
Kristen adalah agama yang paling banyak dianut di Inggris sejak Abad Pertengahan, tetapi agama ini sudah diperkenalkan pertama kalinya pada masa Romawi dan Gaelik. Saat ini, sekitar 72% dari penduduk Inggris teridentifikasi sebagai Kristiani.[205] Denominasi terbesar yang dianut adalah Anglikan.[206] Anglikan ini berasal dari periode Reformasi Inggris pada abad ke-16 saat Raja Henry VIII memisahkan negara dari Gereja Katolik Roma karena tidak diizinkan bercerai dengan istrinya, Catharina dari Aragon, serta kebutuhan akan Alkitab berbahasa Inggris. Dalam pandangan agama, Henry VIII ini dianggap sebagai penganut Katolik dan Anglikan.
Di Inggris, terdapat tradisi Gereja Tinggi dan Gereja Rendah, dan beberapa penganut Anglikan menganggap dirinya sebagai "Anglo-Katolik" setelah adanya Gerakan Traktarian. Raja atau Ratu Britania Raya adalah pemimpin tituler Gereja yang bertindak sebagai Gubernur Agung. Anglikan merupakan agama resmi di Inggris. Ada sekitar 26 juta penganut agama ini yang tergabung menjadi Komuni Anglikan, dan Uskup Agung Canterbury bertindak sebagai kepala simbolis komuni di seluruh dunia.[207] Banyak katedral dan gereja-gereja paroki yang merupakan bangunan dan arsitektur bersejarah yang terkemuka di Inggris. Bangunan-bangunan ini antara lain: Westminster Abbey, York Minster, Katedral Durham, Katedral Santo Paulus dan Katedral Salisbury.
Penganut Kristen terbesar kedua adalah denominasi Ritus Latin dari Gereja Katolik. Kepercayaan ini memasuki Inggris pada abad ke-6 melalui misi Agustinus dan menjadi agama utama di seluruh pulau selama seribu tahun. Sejak munculnya Emansipasi Katolik, Gereja ini dijalankan secara eklesiologikal di Inggris dan Wales. Terdapat kurang lebih 4,5 juta penganut Gereja ini (sebagian besarnya penduduk Inggris).[208] Sampai saat ini, tercatat ada seorang Paus yang berasal dari Inggris, yaitu Adrian IV. Sedangkan santo Beda dan Anselm dianggap sebagai Pujangga Gereja.
Denominasi Protestan yang dikenal dengan Methodisme adalah praktik Kristen terbesar ketiga dan tumbuh dari Anglikanisme melalui John Wesley.[209] Ajaran ini mencapai popularitas di kota-kota pabrik seperti Lancashire, Yorkshire, dan Cornwall.[210] Terdapat juga penganut non-konformis minoritas lainnya seperti Gereja Baptis, Quaker, Unitarianisme, Kongregasionalisme, dan Bala Keselamatan.[211]
Santo pelindung Inggris adalah Santo George. Simbol salibnya disertakan dalam bendera Inggris, juga dalam Union Flag sebagai bagian dari kombinasi Britania Raya.[129][129] Selain itu, terdapat banyak santo Inggris lainnya. Beberapa yang paling terkenal di antaranya: Cuthbert, Alban, Wilfrid, Aidan, Edward sang Pengaku, John Fisher, Thomas More, Petroc, Piran, Margaret Clitherow, dan Thomas Becket. Disamping Kristen, Inggris juga memiliki penganut agama lainnya. Yahudi telah memiliki penganut minoritas di Pulau Britania sejak tahun 1070.[212] Penganut Yahudi diusir dari Inggris pada tahun 1290 menyusul diberlakukannya Edict of Expulsion, dan baru diizinkan kembali memasuki Inggris pada tahun 1656.[212]
Sejak tahun 1950-an, agama-agama Timur yang berasal dari bekas koloni Britania mulai masuk ke Inggris akibat imigrasi. Islam adalah yang paling menonjol, sekitar 3,1% dari total populasi Inggris adalah Muslim. Penganut Islam terbanyak terdapat di London.[205] Hindu, Sikh, dan Budha adalah urutan berikutnya; kombinasi total dari penganut ketiga agama ini mencapai 2% dari total penduduk Inggris.[205] Agama-agama ini terutama sekali dibawa oleh para imigran dari India dan Asia Tenggara.[205] Selebihnya, sekitar 14,6% penduduk Inggris adalah ateis.[205]
Departemen Pendidikan adalah departemen pemerintah yang bertanggung jawab untuk masalah-masalah yang memengaruhi hajat hidup orang banyak di Inggris sampai dengan usia 19 tahun, termasuk pendidikan.[213] Sekolah-sekolah negeri dihadiri oleh sekitar 93% pelajar di Inggris.[214] Dari jumlah tersebut, terdapat minoritas sekolah-sekolah keagamaan, terutama sekolah Katolik dan Gereja Inggris. Anak-anak yang berusia antara tiga dan empat tahun menghadiri TK, 4 sampai 11 tahun menghadiri sekolah dasar, dan usia 11 sampai 16 tahun menghadiri sekolah menengah. Setelah menyelesaikan wajib belajar, siswa mengikuti ujian GCSE. Setelah itu mereka bisa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan selama dua tahun. Pendidikan lanjutan ini ada yang terpisah ataupun menyatu dengan institusi-institusi sekolah menengah yang mempersiapkan para siswa dalam mengikuti ujian A-Level untuk masuk ke universitas.
Meskipun sebagian besar sekolah menengah di Inggris adalah sekolah komprehensif, di beberapa daerah juga terdapat sekolah grammar yang selektif. Sekitar 7,2% pelajar di Inggris menghadiri sekolah swasta yang didanai oleh swasta.[215] Standar di sekolah negeri dipantau oleh Kantor Standar Pendidikan, sedangkan di sekolah swasta dipantau oleh Inspektorat Sekolah Independen.[216]
Siswa biasanya melanjutkan ke jenjang universitas pada usia 18 tahun lebih, di mana mereka belajar untuk meraih gelar akademik. Ada lebih dari 90 universitas di Inggris, semuanya, kecuali satu, merupakan universitas negeri. Departemen untuk Bisnis, Inovasi dan Keterampilan adalah departemen pemerintah yang bertanggung jawab untuk permasalahan pendidikan tinggi di Inggris.[217] Tingkat pertama yang ditawarkan kepada mahasiswa adalah gelar sarjana, biasanya lama pendidikannya tiga tahun. Lulusan yang memenuhi syarat kemudian diperbolehkan mengambil gelar pascasarjana dan master, yang membutuhkan waktu satu tahun, serta gelar doktor (tiga tahun).
Beberapa universitas di Inggris merupakan universitas dengan peringkat tertinggi di dunia. Universitas Cambridge, Imperial College London, Universitas Oxford dan Universitas Kolese London adalah beberapa dari 10 universitas dengan peringkat teratas di dunia berdasarkan Peringkat Universitas Dunia THE-QS.[218] London School of Economics digambarkan sebagai salah satu sekolah bisnis terkemuka untuk bidang pengajaran dan penelitian.[219] Selain itu, London Business School juga dianggap sebagai salah satu sekolah bisnis terkemuka dan pada tahun 2010, program MBA-nya menduduki peringkat terbaik di dunia berdasarkan pemeringkatan yang dirilis oleh Financial Times.[220] Gelar akademik di Inggris biasanya dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: kelas pertama (I), kelas kedua atas (II:1), kelas kedua yang lebih rendah (II:2), dan kelas ketiga (III).
The King's School, Canterbury dan King's School, Rochester adalah sekolah berbahasa Inggris tertua di dunia.[221] Banyak sekolah-sekolah di Inggris yang terkemuka, di antaranya Winchester College, Eton College, St Paul's School, Rugby School, dan Harrow School.[222]
National Health Service (NHS) adalah lembaga kesehatan pemerintah yang didanai oleh publik di Inggris. Lembaga ini bertanggung jawab untuk menyediakan sebagian besar pelayanan kesehatan di negara ini. NHS ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1948 melalui National Health Service Act 1946 setelah adanya Laporan Beveridge mengenai kesehatan di Britania Raya yang diteliti oleh ekonom William Beveridge.[223] Dalam pengoperasiannya, NHS sebagian besar didanai dari pajak umum, termasuk pembayaran Asuransi Nasional.[224] Hampir keseluruhan layanan yang disediakan oleh NHS ini tidak dipungut bayaran sama sekali, meskipun beberapa layanan seperti pemeriksaan mata, perawatan gigi, resep, dan perawatan pribadi juga dipungut bayaran khusus.[225]
Departemen pemerintah yang mengelola NHS adalah Departemen Kesehatan. Departemen ini dipimpin oleh Sekretaris Negara untuk Kesehatan yang duduk di Kabinet Britania Raya. Total anggaran Departemen Kesehatan yang dikeluarkan untuk mendanai NHS pada tahun 2008–2009 adalah sekitar £98,6 miliar.[226] Dalam beberapa tahun terakhir, sektor swasta juga telah berkembang dan menyediakan layanan kesehatan yang lebih banyak daripada NHS, tetapi hal ini ditentang oleh dokter dan serikat pekerja di Inggris.[227] Rata-rata harapan hidup penduduk Inggris adalah 77,5 tahun untuk pria dan 81,7 tahun untuk wanita, yang tertinggi dibandingkan dengan tiga negara Britania lainnya.[228]
Sejauh ini, Kawasan Perkotaan London Raya adalah kawasan perkotaan terbesar di Inggris,[229] dan juga merupakan salah satu kota tersibuk di dunia. London merupakan kota global dan memiliki populasi terbesar di Britania Raya.[229] Kawasan perkotaan besar lainnya yang cukup berpengaruh terdapat di Inggris bagian utara atau di Midlands.[229] Ada enam puluh enam permukiman yang telah diberi status sebagai kota di Britania Raya. Lima puluh di antaranya terdapat di Inggris.
Cukup banyak kota di Inggris yang tergolong besar dari segi ukuran, kota-kota ini antara lain: Birmingham, Sheffield, Manchester, Liverpool, Leeds, Newcastle, Bradford, Nottingham, dan sebagainya. Jumlah populasi yang besar bukanlah prasyarat utama agar suatu permukiman diberi status kota.[230] Secara tradisional, status kota diberikan kepada permukiman-permukiman yang telah memiliki katedral keuskupan. Akibatnya, kota-kota kecil seperti Wells, Ely, Ripon, Truro dan Chichester juga berstatus kota.[230] Menurut Office for National Statistics, sepuluh kawasan perkotaan terbesar di Inggris adalah sebagai berikut:[229]
Banyak monumen-monumen kuno yang dibangun pada masa prasejarah, yang paling terkenal adalah Stonehenge, Devil's Arrows, Rudston Monolith dan Castlerigg.[232] Dengan diperkenalkannya arsitektur Romawi Kuno, bangunan-bangunan seperti basilika, pemandian, amfiteater, villa, kuil Romawi, benteng, dan saluran air model Romawi juga makin berkembang.[233]
Romawi mendirikan kota-kota pertama seperti London, Bath, York, Chester dan St Albans. Contoh arsitektur terpentingnya adalah Tembok Hadrian, yang membentang di bagian utara Inggris.[233] Peninggalan lainnya yang cukup terpelihara dengan baik adalah pemandian Romawi di Bath, Somerset.[233]
Bangunan dan arsitektur pada Awal Abad Pertengahan biasanya berupa konstruksi sederhana yang menggunakan kayu dengan atap dari ilalang. Arsitektur gereja bergaya sintesis Hiberno-Saxon monastisisme.[234][235] Setelah penaklukan Norman pada tahun 1066, berbagai kastel di Inggris diciptakan agar para penguasa bisa menegakkan otoritas mereka serta untuk melindungi invasi dari arah utara. Beberapa kastel abad pertengahan yang terkenal adalah Menara London, Kastel Warwick, Kastel Durham, dan Kastel Windsor.[236]
Selama era Plantagenet, arsitektur Gothik katedral abad pertengahan berkembang pesat. Katedral Canterbury, Westminster Abbey dan York Minster adalah contoh utamanya.[236] Selain itu juga dibangun berbagai kastel, istana, gedung universitas dan gereja paroki. Arsitektur abad pertengahan ini berakhir pada abad ke-16 saat era Tudor dimulai. Sebagai buntut dari Renaissance, bentuk arsitektur bergaya klasik berbaur dengan era kekristenan. Arsitek dengan gaya Barok Inggris yang terkenal salah satunya adalah Christopher Wren.[237]
Arsitektur pada era George bergaya lebih halus dan membangkitkan kembali bentuk Palladian sederhana. Royal Crescent di Bath adalah salah satu contoh terbaik dari arsitektur pada era ini. Dengan munculnya romantisisme selama periode Victoria, gaya Gothik kembali dibangkitkan. Revolusi Industri juga turut membuka jalan bagi arsitektur-arsitektur seperti The Crystal Palace. Sejak tahun 1930-an, berbagai arsitektur bergaya modernis juga telah muncul, meskipun hal ini banyak dipertentangkan oleh para penganut tradisionalis.[catatan 7]
Cerita rakyat Inggris telah berkembang selama berabad-abad. Beberapa karakter dan cerita mewakili seluruh Inggris, tetapi ada juga sebagian yang mewakili daerah tertentu. Makhluk-makhluk mitos dalam cerita rakyat Inggris di antaranya Pixies, raksasa, peri, bogeymen, troll, goblin, dan kurcaci. Cerita-cerita rakyat kuno yang berasal dari Inggris antara lain termasuk cerita yang menampilkan Offa dari Angel dan Wayland the Smith.[239] Kisah Robin Hood dan Merry Men dari Sherwood dan pertarungan mereka dengan Sheriff dari Nottingham mungkin adalah cerita rakyat Inggris yang paling terkenal di dunia.[240]
Selama Abad Pertengahan, cerita-cerita yang berasal dari tradisi Britonik menjadi bagian dari cerita rakyat Inggris.[241][242][243] Cerita-cerita ini berasal dari sumber-sumber Anglo-Norman, Prancis dan Weales,[242] mengisahkan tentang Raja Arthur, Camelot, Excalibur, Merlin dan Kesatria Meja Bundar seperti Lancelot. Cerita-cerita ini muncul bersamaan dengan cerita-cerita Geoffrey dari Monmouth dalam Historia Regum Britanniae.[catatan 8] Tokoh lainnya dari cerita rakyat Inggris, Raja Cole, mungkin didasarkan pada tokoh nyata dari era Britania Romawi.
Beberapa tokoh dalam cerita rakyat didasarkan pada tokoh-tokoh sejarah semi ataupun aktual yang kisahnya telah diwariskan selama berabad-abad. Lady Godiva misalnya, dikatakan bahwa ia mengendarai kuda dengan bertelanjang melewati Coventry, Hereward the Wake adalah seorang tokoh heroik Inggris yang melawan invasi Norman, sedangkan Herne the Hunter dipercaya sebagai seorang hantu penunggang kuda yang berasal dari hutan dan taman di Windsor.[245] Setiap tanggal 5 November, orang-orang membuat api unggun, menyalakan kembang api dan memakan tofe apel dalam rangka memperingati upaya Guy Fawkes dalam menggagalkan konspirasi Plot Bubuk Mesiu. Selain itu, terdapat juga sejumlah identitas dan kegiatan tradisional, baik yang bersifat regional ataupun nasional. Beberapa di antaranya adalah tari Morris, tari Maypole, Rapper sword di Inggris Timur Laut, Long Sword dance di Yorkshire, Mummers Play, bottle-kicking di Leicestershire, dan cheese-rolling di Cooper's Hill.[246] Inggris tidak memiliki kostum nasional resmi, tetapi kostum-kostum yang dikenakan oleh Raja dan Ratu, pengawal Ratu, kostum Morris, dan Beefeater dianggap sebagai kostum tradisional tidak resmi.[247]
Sejak Periode Modern Awal, kuliner Inggris secara historis ditandai oleh kesederhanaan dan ketergantungan pada produk-produk alami yang berkualitas tinggi. Sejak Abad Pertengahan dan Abad Pencerahan, masakan Inggris menerima reputasi yang sangat baik, tetapi penurunan kualitas terjadi selama masa Revolusi Industri dengan banyaknya penduduk yang pindah dari pulau dan meningkatnya gelombang urbanisasi. Baru-baru ini, kuliner Inggris kembali mengalami kebangkitan yang telah diakui oleh para kritikus sebagai salah satu kuliner dengan kualitas terbaik. Majalah Restaurant baru-baru ini menobatkan restoran Inggris sebagai salah satu restoran terbaik di dunia.[248] Buku resep mengenai kuliner Inggris yang paling awal adalah Forme of Cury, yang diterbitkan pada masa pemerintahan Richard II.[249]
Beberapa contoh makanan tradisional Inggris di antaranya: Sunday roast, yang terdiri dari daging sapi, domba, atau ayam panggang yang disajikan dengan berbagai macam sayuran rebus, puding Yorkshire, dan kuah.[250] Makanan terkenal lainnya termasuk Fish and chips dan full English breakfast, yang terdiri dari bacon, tomat panggang, roti goreng, sosis hitam, kacang panggang, jamur goreng, sosis, dan telur. Berbagai variasi pai daging dikonsumsi sebagai steak and kidney pie, cottage pie, Cornish pasty, dan pork pie, yang terakhir dikonsumsi secara dingin.[250]
Sosis adalah makanan yang dikonsumsi secara umum, baik yang divariasikan sebagai bangers and mash ataupun toad in the hole. Lancashire hotpot adalah masakan rebus yang terkenal. Beberapa varian keju yang terkenal adalah keju cheddar dan Wensleydale. Banyak juga variasi makanan Inggris-India, misalnya kari, yang kemudian diolah menjadi kuliner-kuliner seperti chicken tikka masala dan balti. Hidangan rasa manis Inggris di antaranya pai apel, pai mince, spotted dick, scone, kue eccles, custard, dan puding sticky toffee. Minuman yang dikonsumsi secara umum adalah teh, yang dipopulerkan oleh Catherine dari Braganza.[251] Sedangkan minuman beralkohol antara lain wine, cider, dan bir Inggris seperti bitter, mild, stout, dan brown ale.[252]
Contoh-contoh awal yang dikenal sebagai karya seni prasejarah batu dan gua yang paling menonjol terdapat di North Yorkshire, Northumberland dan Cumbria, serta di kawasan selatan seperti Creswell Crags.[253] Dengan kedatangan kebudayaan Romawi pada abad ke-1, berbagai bentuk seni seperti patung, lukisan dan mosaik mulai berkembang. Ada banyak artefak yang saat ini masih berdiri kokoh, seperti yang terdapat di di Lullingstone dan Aldborough.[254] Selama Abad Pertengahan awal, gaya seni ukir salib dan gading, lukisan naskah, emas dan perhiasan enamel juga berkembang, seperti yang terdapat dalam Staffordshire Hoard, yang ditemukan pada tahun 2009. Beberapa gaya Gaelik bercampur dengan gaya Anglian, gaya ini dapat dijumpai dalam Injil Lindisfarne dan Vespasian Psalter.[255] Era berikutnya, seni Gotik mulai populer di Winchester dan Canterbury, contoh yang saat ini masih bertahan di antaranya Benedictional of St. Æthelwold dan Luttrell Psalter.[256]
Selama era Tudor, beberapa seniman terkemuka menghasilkan karya-karya lukisan yang kemudian akan tetap menjadi bagian abadi dari seni Inggris. Era ini dipelopori oleh seniman Jerman Hans Holbein, dan seniman-seniman pribumi seperti Nicholas Hilliard.[256] Di bawah pemerintahan Stuart, seniman Kontinental sangat berpengaruh dalam seni Inggris, seniman-seniman yang lahir dari era ini di antaranya adalah Anthony van Dyck, Peter Lely, Godfrey Kneller, dan William Dobson.[256] Abad ke-18 menjadi periode terpenting bagi perkembangan seni Inggris dengan didirikannya Royal Academy. Thomas Gainsborough dan Joshua Reynolds adalah beberapa seniman terkemuka yang muncul dari era ini.[256]
Norwich School meneruskan tradisi seni lanskap, sedangkan gerakan Persaudaraan Pra-Raphaelite dengan gaya mereka yang jelas dan rinci menghidupkan kembali gaya Pencerahan awal. Holman Hunt, Dante Gabriel Rossetti dan John Everett Millais adalah pelopor dari gerakan ini.[256] Seniman terkemuka pada abad ke-20 seperti Henry Moore, dianggap sebagai pelopor seni patung Inggris, dan pelopor modernisme Inggris pada umumnya.[257] Pelukis kontemporer Inggris yang terkemuka termasuk Lucian Freud, dengan karyanya Benefits Supervisor Sleeping, yang pada tahun 2008 memecahkan rekor dunia sebagai lukisan seniman hidup termahal yang pernah dijual.[258]
Penulis awal seperti Beda dan Alcuin menulis karya-karyanya dalam bahasa Latin.[259] Periode sastra Inggris Kuno menghasilkan karya puisi epik Beowulf dan prosa sekuler Anglo-Saxon Chronicle,[260] serta tulisan-tulisan Kristen seperti Judith, karya Cædmon: Hymn dan hagiografi.[259] Setelah penaklukan Norman, sastra Latin mulai berkembang, terutama di antara kelas-atas terdidik.
Sastra Inggris Pertengahan yang terkemuka diwakili oleh Geoffrey Chaucer, penulis The Canterbury Tales, bersama dengan Gower, Penyair Pearl dan Langland. William dari Ockham dan Roger Bacon, yang merupakan seorang Fransiskan, adalah filsuf utama yang muncul dari dari Abad Pertengahan. Julian dari Norwich, yang menulis Revelations of Divine Love, adalah seorang mistikus Kristen terkemuka. Kemunculan sastra Inggris pencerahan pada periode Modern Awal juga menghasilkan beberapa penyair dan filsuf terkemuka. Salah satunya adalah William Shakespeare, dengan karya-karyanya seperti Hamlet, Romeo and Juliet, Macbeth, dan A Midsummer Night's Dream.[261]
Christopher Marlowe, Edmund Spenser, Philip Sydney, Thomas Kyd, John Donne, dan Ben Jonson adalah penulis terkemuka yang berasal dari era Elizabethan.[262] Francis Bacon dan Thomas Hobbes, memelopori gaya penulisan empirisme dan materialisme, termasuk metode ilmiah dan kontrak sosial.[262] Filmer menulis tentang Divine Right of Kings. Marvell adalah penyair terkemuka yang muncul dari era Persemakmuran,[263] sedangkan John Milton menulis Paradise Lost selama era Restorasi.
Beberapa filsuf yang paling menonjol dari era Pencerahan adalah John Locke, Thomas Paine, Samuel Johnson dan Jeremy Bentham. Elemen yang lebih radikal kemudian dipelopori oleh Edmund Burke yang dianggap sebagai pendiri konservatisme.[264] Penyair Alexander Pope dengan ayat satir nya yang sangat dihormati. Bangsa Inggris memainkan peran penting dalam perkembangan romantisisme: Samuel Taylor Coleridge, Lord Byron, John Keats, Mary Shelley, Percy Bysshe Shelley, William Blake, dan William Wordsworth adalah tokoh utamanya.[265]
Sebagai tanggapan terhadap Revolusi Industri, penulis agraria muncul dengan topik-topik kebebasan dan tradisionalis; William Cobbett, G. K. Chesterton and Hilaire Belloc adalah pelopor utamanya, sedangkan pendiri serikat sosialisme, Arthur Penty, dan gerakan koperasi advokat G. D. H. Cole adalah beberapa tokoh yang juga berkaitan.[266] Empirisme terus berlanjut dengan munculnya penulis dan penyair seperti John Stuart Mill dan Bertrand Russell, dan Bernard Williams, yang mengembangkan gaya analitikal. Penulis terkemuka dari era Victoria antara lain Charles Dickens, Brontë bersaudari, Jane Austen, George Eliot, Rudyard Kipling, Thomas Hardy, H. G. Wells, Lewis Carroll dan Evelyn Underhill.[267] Hingga saat ini, Inggris terus memproduksi novelis-novelis terkemuka seperti C. S. Lewis, George Orwell, D. H. Lawrence, Virginia Woolf, Enid Blyton, Aldous Huxley, Agatha Christie, Terry Pratchett, J. R. R. Tolkien, dan J. K. Rowling.[268]
Musik rakyat tradisional Inggris sudah berusia berabad-abad dan telah memberikan kontribusi terhadap beberapa genre musik seperti sea shanties, jig, hornpipe dan musik dansa. Genre-genre ini memiliki variasi tersendiri yang berbeda sesuai dengan kekhasan daerah. Wynkyn de Worde menciptakan balada Robin Hood pada abad ke-16 dan merupakan salah satu artefak penting, sama halnya dengan The Dancing Master karya John Playford dan koleksi Roxburghe Ballads karya Robert Harley.[269] Beberapa lagu rakyat yang terkenal adalah The Good Old Way, Pastime with Good Company, Maggie May, dan Spanish Ladies. Banyak juga sajak yang berasal dari Inggris, antara lain Twinkle Twinkle Little Star, Roses are red, Jack and Jill, Here We Go Round the Mulberry Bush, dan Humpty Dumpty.[270]
Komposer musik klasik Inggris yang paling awal antara lain termasuk seniman Renaisans Thomas Tallis dan William Byrd, diikuti oleh Henry Purcell dari periode Barok. Musikus kelahiran Jerman, George Frideric Handel juga merupakan salah satu komposer terkemuka asal Inggris,[271] yang menciptakan beberapa karya yang paling terkenal dalam musik klasik, di antaranya: The Messiah, Water Music, dan Music for the Royal Fireworks. Pada abad ke-20, terjadi kebangkitan dalam dunia musik Inggris dengan munculnya komposer-komposer seperti Benjamin Britten, Frederick Delius, Edward Elgar, Gustav Holst, Ralph Vaughan Williams, dan lain sebagainya.[272] Saat ini, salah satu komposer Inggris terkemuka di antaranya termasuk Michael Nyman, yang dikenal dengan karyanya The Piano.
Dalam bidang musik populer, banyak grup musik dan artis solo asal Inggris yang tercatat sebagai musisi paling berpengaruh dan terlaris sepanjang masa. Musisi-musisi dan grup seperti The Beatles, Led Zeppelin, Pink Floyd, Elton John, Queen, Rod Stewart, dan The Rolling Stones adalah beberapa musisi Inggris dengan penjualan album rekaman tertinggi di dunia.[273] Banyak juga fenomena dan genre musik yang berasal ataupun berkaitan dengan Inggris, misalnya British invasion, hard rock, glam rock, heavy metal, mod, britpop, drum and bass, progressive rock, punk rock, indie rock, gothic rock, shoegazing, acid house, UK garage, trip hop, dan dubstep.[274]
Festival musik besar di luar ruangan pada musim panas dan musim gugur yang populer di antaranya adalah Glastonbury, Festival V, serta Festival Reading dan Leeds. Rumah opera yang paling terkemuka di Inggris adalah Royal Opera House di Covent Garden, London.[275] The Proms, konser musik klasik orkestra yang digelar di Royal Albert Hall merupakan event musik terkemuka yang diadakan setiap tahun.[275] The Royal Ballet adalah salah satu lembaga balet klasik terkemuka di dunia, yang dibangun oleh Margot Fonteyn dan koreografer Frederick Ashton.
English Heritage adalah sebuah badan pemerintah yang memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola situs-situs bersejarah, artefak dan lingkungan di Inggris. Badan ini berada di bawah naungan Departemen Kebudayaan, Media dan Olahraga. Badan amal National Trust for Places of Historic Interest or Natural Beauty juga memegang peran serupa. 17 dari 25 Situs Warisan Dunia UNESCO di Britania Raya berada di Inggris.[276] Beberapa yang paling terkenal di antaranya adalah; Tembok Hadrian, Stonehenge, Menara London, Pantai Jurassic, Saltaire, Ironbridge Gorge, Studley Royal Park, dan lain sebagainya.[277]
Inggris memiliki banyak museum, tetapi yang paling terkemuka adalah British Museum di London. Museum ini memiliki koleksi lebih dari tujuh juta objek,[278] dan merupakan salah satu museum terbesar dan terlengkap di dunia.[279] Perpustakaan Britania di London adalah perpustakaan nasional dan juga merupakan salah satu perpustakaan terbesar di dunia, dengan jumlah item lebih dari 150 juta yang tersedia dalam berbagai bahasa dan format, termasuk sekitar 25 juta koleksi buku.[280] Galeri seni tertua adalah Galeri Nasional di Trafalgar Square, yang menyimpan koleksi lebih dari 2.300 lukisan yang berasal dari abad ke-13 hingga tahun 1900-an.[281] Galeri Tate merupakan galeri nasional Britania Raya untuk seni modern. Galeri ini juga merupakan penyelenggara ajang Turner Prize.[282]
Inggris adalah salah satu negara dengan kekuatan olahraga yang terkemuka. Cabang olahraga yang berasal dari Inggris antara lain: sepak bola, kriket, uni rugbi, liga rugbi, tenis, bulu tangkis, squash,[285] kasti,[286] hoki, tinju, snooker, biliar, panahan, tenis meja, bola jaring, Pacuan kuda thoroughbred, balap greyhound dan fox hunting. Inggris juga berperan penting dalam perkembangan Formula Satu. Sepak bola adalah cabang olahraga yang paling populer di Inggris. Tim nasional sepak bola Inggris yang bermarkas di Stadion Wembley memenangkan Piala Dunia FIFA 1966 melawan Tim nasional sepak bola Jerman Barat dengan skor 4–2 saat Inggris menjadi tuan rumah.[287]
Di tingkat klub, Inggris diakui oleh FIFA sebagai tempat kelahiran klub sepak bola, karena Sheffield FC dibentuk pada tahun 1857 sebagai klub sepak bola tertua di dunia. The Football Association adalah asosiasi sepak bola tertua, sedangkan FA Cup dan The Football League juga merupakan kompetisi liga pertama di dunia. Saat ini, Premier League adalah liga sepak bola yang paling menguntungkan dan paling elit di dunia.[288][289] Piala Eropa (sekarang Piala Champions UEFA) telah dimenangkan oleh klub sepak bola asal Inggris seperti Liverpool, Manchester United, Nottingham Forest, Aston Villa, Manchester City dan Chelsea. Sedangkan Arsenal, dan Leeds United sudah pernah mencapai final. Beberapa pemain sepakbola terkenal asal Inggris seperti Bobby Charlton,Gordon Banks, Gary Lineker, David Beckham, Steven Gerrard, Frank Lampard, Wayne Rooney, Marcus Rashford, Harry Kane, Jude Bellingham dan Cole Palmer [290]
Kriket dikembangkan selama periode abad pertengahan awal oleh komunitas petani dan pekerja pabrik di Weald.[291] Tim kriket Inggris adalah tim gabungan antara tim Inggris dengan tim Wales. Salah satu pertandingan kriket terkemuka adalah seri The Ashes antara tim Inggris dan tim Australia yang dipertandingkan sejak tahun 1882. Ajang final The Ashes pada tahun 2009 disaksikan oleh hampir 2 juta orang.[292] Inggris adalah pemegang trofi saat ini dan menempati peringkat pertama dalam test cricket serta peringkat keempat secara internasional.[293]
Inggris telah menjadi tuan rumah Piala Dunia Kriket sebanyak empat kali (1975, 1979, 1983, 1999) dan ICC World Twenty20 pada tahun 2009. Ada juga beberapa kompetisi lokal, termasuk Kejuaraan County. Sejauh ini, Yorkshire merupakan klub paling sukses yang memenangkan kompetisi sebanyak 31 kali.[294] Lord's Cricket Ground berlokasi di London dan terkadang juga disebut sebagai "Mecca of Cricket".[295] William Penny Brookes adalah salah satu tokoh yang turut memelopori perkembangan Olimpiade modern. London telah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 1908, 1948, dan 2012. Inggris juga berkompetisi dalam Pesta Olahraga Persemakmuran, yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali. Sport England adalah badan pemerintah yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan dana dan memberikan bimbingan strategis bagi kegiatan olahraga di Inggris. Ajang Grand Prix diadakan di sirkuit Silverstone.[296]
Tim nasional uni rugbi Inggris memenangkan Piala Dunia Rugbi 2003. Inggris juga merupakan tuan rumah ajang Piala Dunia Rugbi 1991 dan akan menjadi tuan rumah lagi pada tahun 2015.[297] Klub rugbi tingkat atas berkompetisi di kejuaraan English Premiership. Leicester Tigers, London Wasps, Bath Rugby dan Northampton Saints adalah klub-klub Inggris yang sukses dalam kejuaraan Eropa Piala Heineken.
Tim nasional liga rugbi Inggris menempati peringkat ketiga di dunia dan peringkat pertama di Eropa. Kejuaraan klub untuk liga rugbi adalah Liga Super. Beberapa klub yang paling sukses di antaranya Wigan Warriors, St Helens, Leeds Rhinos, dan Huddersfield Giants. Inggris akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Liga Rugbi 2013.[298] Dalam cabang tenis, Kejuaraan Wimbledon adalah turnamen tenis tertua dan salah satu yang paling bergengsi di dunia.[299][300]
Sejarah bahasa Inggris bermula dari invasi Anglia-Sachsen ke pulau Britania pada sekitar 1.500 tahun yang lalu. Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa Jermanik Barat yang berasal dari dialek-dialek Anglo-Frisia yang dibawa ke pulau Britania oleh para imigran Jermanik dari beberapa bagian barat laut daerah yang sekarang disebut Belanda dan Jerman. Pada awalnya, bahasa Inggris Kuno adalah sekelompok dialek yang mencerminkan asal usul beragam kerajaan-kerajaan Anglia-Sachsen di Inggris. Salah satu dialek ini, Saxon Barat akhirnya yang berdominasi. Lalu bahasa Inggris Kuno yang asli kemudian dipengaruhi oleh dua gelombang invasi.
Gelombang invasi pertama adalah invasi para penutur bahasa dari cabang Skandinavia keluarga bahasa Jerman. Mereka menaklukkan dan menghuni beberapa bagian Britania pada abad ke-8 dan ke-9.
Lalu gelombang invasi kedua ini ialah suku Norman pada abad ke-11 yang bertuturkan sebuah dialek bahasa Prancis. Kedua invasi ini mengakibatkan bahasa Inggris "bercampur" sampai kadar tertentu (meskipun tidak pernah menjadi sebuah bahasa campuran secara harafiah).
Hidup bersama dengan anggota sukubangsa Skandinavia akhirnya menciptakan simplifikasi tatabahasa dan pengkayaan inti Anglo-Inggris dari bahasa Inggris.
Suku-suku bangsa Jermanik yang memelopori bahasa Inggris (suku Anglia, Saxon, Frisia, Jute dan mungkin juga Frank), berdagang dengan dan berperang dengan rakyat Kekaisaran Romawi yang menuturkan bahasa Latin dalam proses invasi bangsa Jermanik ke Eropa dari timur. Dengan itu banyak kata-kata Latin yang masuk kosakata bangsa-bangsa Jermanik ini sebelum mereka mencapai pulau Britania. Contohnya antara lain adalah camp (kamp), cheese (keju), cook (memasak), dragon (naga), fork (porok, garpu), giant (raksasa), gem (permata), inch (inci), kettle (ketel), kitchen (dapur), linen (kain linen), mile (mil), mill (kincir angin), noon (siang), oil (oli, minyak), pillow (bantal), pin (paku), pound (pon), soap (sabun), street (jalan), table (meja), wall (tembok), dan wine (anggur). Bangsa Romawi juga memberi bahasa Inggris beberapa kata yang mereka sendiri pinjam dari bahasa-bahasa lain seperti kata-kata: anchor (jangkar), butter (mentega), cat (kucing), chest (dada), devil (iblis), dish (piring, makanan), dan sack (saku).
Menurut Anglo-Saxon Chronicle, sekitar tahun 449, Vortigern, Raja Kepulauan Britania, mengundang "Angle kin" (Suku Anglia yang dipimpin oleh Hengest dan Horsa) untuk menolongnya dalam penengahan konflik dengan suku Pict. Sebagai balasannya, suku Angles diberi tanah di sebelah tenggara Inggris. Liet5uryi 5u6 wsdalu pertolongan selanjutnya dibutuhkan dan sebagai reaksi "datanglah orang-orang dari Ald Seaxum dari Anglum dari Iotum" (bangsa Saxon, suku Anglia, dan suku Jute). Chronicle ini membicarakan masuknya banyak imigran atau pendatang yang akhirnya mendirikan tujuh kerajaan yang disebut dengan istilah heptarchy. Para pakar modern berpendapat bahwa sebagian besar cerita ini merupakan legenda dan memiliki motif politik. Selain itu identifikasi para pendatang di Inggris dengan suku Angle, Saxon, dan Jute tidak diterima lagi dewasa ini (Myres, 1986, p. 46 dst.), terutama setelah diterima bahwa bahasa Anglia-Sachsen ternyata lebih mirip dengan bahasa Frisia daripada bahasa salah satu sukubangsa yang disebut di atas ini.
Para pendatang yang menginvasi pulau Britania mendominasi penduduk setempat yang menuturkan bahasa Keltik. Bahasa Keltik akhirnya bisa lestari di Skotlandia, Wales dan Cornwall. Dialek-dialek yang dipertuturkan oleh para pendatang yang menginvasi Britania pada zaman sekarang disebut dengan nama bahasa Inggris Kuno, dan akhirnya bahasa Anglia-Sachsen. Kemudian hari, bahasa ini dipengaruhi bahasa Jermanik Utara; bahasa Norwegia Kuno yang dipertuturkan oleh kaum Viking yang menginvasi dan akhirnya bermukim di sebelah timur laut Inggris (lihat Jórvík). Para pendatang yang bermukim lebih awal menuturkan bahasa-bahasa Jermanik dari cabang yang berbeda. Banyak dari akar kosakata mereka memang sama atau mirip, meski tatabahasanya agak lebih berbeda termasuk prefiks (awalan), sufiks (akhiran), dan hukum infleksi (takrifan) dari banyak kata-kata. Bahasa Jermanik dari orang-orang Britania yang berbahasa Inggris Kuno ini, terpengaruhi kontak dengan orang-orang Norwegia yang menginvasi Britania. Hal ini kemungkinan besar merupakan alasan daripada penyederhanaan morfologis bahasa Inggris Kuno, termasuk hilangnya jenis kelamin kata benda dan kasus (kecuali pronominal). Karya sastra ternama yang masih lestari dari masa Inggris Kuno ini adalah sebuah fragmen wiracarita "Beowulf". Penulisnya tidak diketahui, dan karya ini sudah dimodifikasi secara besar oleh para rohaniwan Kristen, lama setelah digubah.
Kemudian introduksi agama Kristen di Britania menambah sebuah gelombang baru yang membawa banyak kata-kata pinjaman dari bahasa Latin dan bahasa Yunani.
Selain ada yang berpendapat bahwa pengaruh bahasa Norwegia berlangsung sampai pada Abad Pertengahan awal.
Masa Inggris Kuno secara resmi berakhir dengan Penaklukan Norman, ketika bahasa Inggris secara drastik dipengaruhi bahasa kaum Norman ini yang disebut bahasa Norman dan merupakan sebuah dialek bahasa Prancis.
Penggunaan istilah Anglia-Sachsen untuk mendeskripsikan pembauran antara bahasa serta budaya Anglia dan Saxon merupakan sebuah perkembangan modern. Menurut Lois Fundis, (Stumpers-L, Jum’at, 14 Des 2001)
Selama 300 tahun setelah invasi kaum Norman di Britania pada tahun 1066, raja-raja Norman dan kaum bangsawan hanya menuturkan bahasa Prancis dialek Norman saja yang disebut dengan nama bahasa Anglo-Norman. Sementara itu bahasa Inggris berlanjut sebagai bahasa rakyat. Sementara Anglo-Saxon Chronicle tetap ditulis sampai tahun 1154, sebagian besar karya sastra lainnya dari masa ini ditulis dalam bahasa Prancis Kuno atau bahasa Latin.
Sejumlah besar kata-kata Norman dipinjam dalam bahasa Inggris Kuno dan menghasilkan banyak sinonim (sebagai contoh diambil ox/beef (sapi), sheep/mutton (kambing), dan lain-lain). Pengaruh Norman ini memperkuat kesinambungan perubahan-perubahan bahasa Inggris pada abad-abad selanjutnya dan menghasilkan sebuah bahasa yang sekarang disebut dengan istilah bahasa Inggris Pertengahan. Salah satu perubahannya adalah meningkatnya pemakaian sebuah aspek unik tatabahasa Inggris yang disebut dengan istilah continuous tense dengan imbuhan atau sufiks -ing.
Ejaan bahasa Inggris juga dipengaruhi bahasa Prancis pada periode ini. Bunyi-bunyi /θ/ dan /ð/ sekarang dieja sebagai th dan bukan dengan huruf Inggris Kuno þ and ð, yang tidak ada dalam bahasa Prancis.
Selama abad ke-15, bahasa Inggris Pertengahan berubah lebih lanjut lagi. Perubahan ini disebut sebagai The Great Vowel Shift ("Pergeseran Vokal Besar"), dan dimulai dengan penyebaran dialek London bahasa Inggris yang mulai dipakai oleh pemerintahan dan munculnya buku-buku cetak. Bahasa Inggris modern sendiri bisa dikatakan muncul pada masa William Shakespeare. Penulis ternama dari masa Inggris Pertengahan ini ialah Geoffrey Chaucer, dengan karyanya yang terkenal The Canterbury Tales.
Banyak sumber sezaman menyatakan bahwa dalam kurun waktu lima puluh tahun setelah Invasi kaum Norman, sebagian besar kaum Norman di luar istana berganti bahasa dan menuturkan bahasa Inggris. Bahasa Prancis kala itu tetap menjadi bahasa resmi pemerintahan dan perundang-undangan yang bergengsi di luar dinamika sosial. Sebagai contoh, Orderic Vitalis, seorang sejarawan yang lahir pada tahun 1075 dan seorang anak ksatria Norman, menyatakan bahwa ia hanya mempelajari bahasa Prancis sebagai bahasa kedua.
Sastra Inggris mulai muncul kembali pada sekitar tahun 1200M ketika perubahan iklim politik dan jatuhnya bahasa Anglo-Norman membuat hal ini lebih bisa diterima. Pada akhir abad tersebut, bahkan kalangan kerajaan sudah berganti menuturkan bahasa Inggris. Sedangkan bahasa Anglo-Norman masih tetap dipakai pada kalangan tertentu sampai agak lama, namun akhirnya bahasa ini juga tidak merupakan bahasa hidup lagi.
Mulai dari abad ke-15, bahasa Inggris berubah menjadi bahasa Inggris Modern, yang sering kali ditarikh bermula dengan Great Vowel Shift (“Pergeseran Bunyi Besar”).
Setelah itu bahasa Inggris mulai banyak mengambil kata-kata pungutan dari bahasa-bahasa asing, terutama bahasa Latin dan bahasa Yunani semenjak zaman Renaisans. Karena banyak kata-kata dipinjam dari bahasa yang berbeda-beda, dan ejaan bahasa Inggris bisa dikatakan tidak konsisten, maka risiko pelafalan salah kata-kata cukup tinggi. Namun sisa-sisa dari bentuk-bentuk yang lebih kuno masih ada pada beberapa dialek regional, terutama pada dialek-dialek di West Country.
Pada tahun 1755 Samuel Johnson menerbitkan kamus penting bahasa Inggris pertama, yang berjudul Dictionary of the English Language.
Beowulf baris 1 sampai 11, kurang lebih 900 Masehi
Fragmen ini bisa diterjemahkan sebagai:
Kutipan dari The Canterbury Tales oleh Geoffrey Chaucer, abad ke-14
Dari Paradise Lost oleh John Milton, 1667
Kutipan dari Proklamasi Kemerdekaan Amerika Serikat, 1776, oleh Thomas Jefferson
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Liga Dua Inggris (bahasa Inggris: Football League Two) atau League Two merupakan nama liga sepak bola di Inggris, di bawah Liga Satu Inggris. Liga ini merupakan liga tingkat ke-4 dalam sistem liga sepak bola Inggris dan merupakan divisi ke-3 (terakhir) dari The Football League. Karena mendapat dukungan sponsor dari Sky Bet, maka nama resminya saat ini menjadi Sky Bet League 2.
Nama Football League Two diperkenalkan mulai musim 2004-05. Sebelumnya divisi ini bernama Liga Inggris Divisi Ketiga (bahasa Inggris: Football League Third Division). Sebelum Liga Primer terbentuk pada tahun 1992, divisi ini sebagai divisi keempat dari Football League.
The Football League secara resmi dibentuk dan diberi nama pada pertemuan di kota Manchester pada tanggal 17 April 1888. Musim pertama dari Football League mulai bergulir pada tanggal 8 September 1888. Liga berjalan dengan hanya satu divisi hingga musim 1891-92.
Sebelumnya pada tahun 1889 berdiri Football Alliance yang dianggap sebagai rival dari Football League, tetapi hanya berjalan tiga musim hingga musim 1891-92.
Mulai musim 1892-93 berikutnya Football League menbentuk divisi baru yang diberi nama divisi kedua (bahasa Inggris: Football League Second Division), dan divisi yang sudah ada sebelumnya diberi nama divisi pertama (bahasa Inggris: Football League First Division). Divisi II dibentuk untuk menampung penggabungan klub-klub dari Football Alliance. Liga berjalan dengan dua divisi hingga tahun 1920.
Pada tahun 1920 Football League mengakui klub-klub dari divisi pertama Liga Selatan. Klub-klub tersebut kemudian ditempatkan di Divisi Ketiga (bahasa Inggris: Football League Third Division) yang baru dibentuk. Musim 1920-21 liga bergulir dengan tiga divisi.
Hanya bertahan satu musim, Football League melakukan mengembangan liga kembali. Mulai musim 1921-22, liga mengakui sejumlah klub dari utara Inggris dan sebagai perluasan terakhir liga mengundang klub dari selatan yang lain untuk menyeimbangkan antara daerah selatan dan utara. Divisi III yang sudah ada sebelumnya berganti nama menjadi Divisi III Selatan (bahasa Inggris: Football League Third Division South), dan membentuk divisi baru dengan nama Divisi III Utara (bahasa Inggris: Football League Third Division North).
Kedua divisi tiga tersebut berjalan secara paralel, dan klub dari kedua Divisi III dipromosikan ke Divisi II pada setiap akhir musim.
Mulai musim 1958-59, Divisi III Utara dan Selatan yang masih bersifat regional diubah menjadi Divisi III dan Divisi IV (bahasa Inggris: Football League Fourth Division) yang bersifat nasional. Football League dengan empat divisi terus bergulir hingga musim 1991-92.
Menjelang akhir musim 1991-92, seluruh klub di Divisi I mengundurkan diri secara massal dari Football league. Kemudian mereka membentuk FA Premier League. Setelah klub dari Divisi I memisahkan diri untuk membentuk Liga Primer yang dimulai pada musim 1992-93, maka juara Football League tidak lagi menjadi juara liga nasional Inggris. Oleh karena itu, mulai musim 1992-93 Divisi II menjadi Divisi I, Divisi III menjadi Divisi II dan Divisi IV menjadi Divisi III.
Sejak saat itu Football League bergulir dengan 3 divisi hingga musim 2003-04. Pada tahun 2004 Football League mengubah nama-nama divisinya. Divisi I menjadi Football League Championship, Divisi II menjadi Football League One dan Divisi III menjadi Football League Two.
Liga ini terdiri dari 24 tim. Pada akhir musim, empat tim teratas dipromosikan ke Football League One, tiga tim teratas promosi otomatis, sedangkan tim keempat dipilih melalui pertandingan play-off antara peringkat keempat hingga ketujuh, menggantikan empat tim yang degradasi dari Football League One.
Demikian pula dua tim yang selesai di bagian terbawah dari Football League Two diturunkan ke divisi Conference National dari Football Conference dan akan diganti dengan tim yang selesai di posisi ke-1 dan tim ke-2 sampai ke-5 yang memenangkan pertandingan play-off di divisi itu.
Secara teknis tim dapat ditangguhkan dari degradasi jika tim yang menggantikan mereka tidak memiliki lapangan sepak bola yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Football League, tetapi dalam praktiknya jarang terjadi karena setiap tim di Conference National saat ini memiliki lapangan sepak bola yang memenuhi kriteria Liga, dan bahkan jika tidak, mereka dapat pengaturan penggunaan bersama dengan tim lain sampai stadion mereka ditingkatkan. Cara yang lain tim dapat terhindar dari degradasi adalah jika beberapa tim lain mengundurkan diri atau dikeluarkan dari Football League.
Berikut ini adalah klub peserta untuk musim 2019-2020
Untuk juara sebelum 2004, lihat The Football League.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Inggris Britania Raya adalah standar dialek bahasa Inggris yang digunakan di Britania Raya.[4] Bahasa ini juga dipakai di negara-negara yang pernah menjadi salah satu jajahan Imperium Britania, terutama Persemakmuran Bangsa-Bangsa (kecuali bahasa Inggris Kanada, yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Inggris Amerika Serikat).
Terdapat beberapa kosakata bahasa Inggris Britania Raya yang jarang dipakai pada varian bahasa Inggris baku lainnya (terutama bahasa Inggris Amerika Serikat), yaitu:
Halaman ini berisi artikel tentang negara yang ada dari abad ke-10 hingga 1707. Untuk negara dalam bentuknya saat ini dan umumnya, lihat
. Untuk negara berdaulat saat ini, lihat
Kerajaan Inggris (bahasa Latin: Regnum Anglorum, terj. har. 'Kerajaan Inggris' atau 'Kerajaan bangsa Anglia') adalah sebuah negara berdaulat di pulau Britania Raya sejak 12 Juli 927, ketika kerajaan itu muncul dari berbagai kerajaan Anglia-Sachsen , sampai 1 Mei 1707, ketika bersatu dengan Skotlandia untuk membentuk Kerajaan Inggris Raya. Kerajaan Inggris adalah salah satu negara paling kuat di Eropa selama periode abad pertengahan.[butuh rujukan]
Pada tanggal 12 Juli 927, berbagai kerajaan Anglia-Sachsen disatukan oleh Æthelstan (memerintah 927–939) untuk membentuk Kerajaan Inggris.[butuh rujukan] Pada 1016, kerajaan menjadi bagian dari Kekaisaran Laut Utara Cnut Agung, persatuan pribadi antara Inggris, Denmark dan Norwegia. Penaklukan Norman atas Inggris pada tahun 1066 menyebabkan pemindahan ibu kota Inggris dan kediaman utama kerajaan dari Anglia-Sachsen di Winchester ke Westminster, dan Kota London dengan cepat memantapkan dirinya sebagai pusat komersial terbesar dan utama di Inggris.[3]
Sejarah kerajaan Inggris dari penaklukan Norman tahun 1066 secara konvensional membedakan periode yang dinamai menurut dinasti penguasa berturut-turut: Norman 1066–1154, Plantagenet 1154–1485, Tudor 1485–1603 dan Stuart 1603–1707 (disela oleh Interregnum 1649–1660) . Secara dinasti, semua raja Inggris setelah 1066 akhirnya mengklaim keturunan dari Normandia; perbedaan Plantagenets hanyalah konvensional, dimulai dengan Henry II (memerintah 1154-1189) karena sejak saat itu, Raja Angevin menjadi "lebih bersifat Inggris"; rumah Lancaster dan York keduanya adalah cabang kadet Plantagenet, dinasti Tudor mengklaim keturunan dari Edward III melalui John Beaufort dan James VI dan I dari Wangsa Stuart mengklaim keturunan dari Henry VII melalui Margaret Tudor.
Setelah penaklukan Inggris, Normandia secara bertahap berusaha untuk memperluas penaklukan mereka baik ke sisa Kepulauan Inggris dan tanah tambahan di Benua Eropa, khususnya di Prancis modern. Seiring waktu, ini akan berkembang menjadi kebijakan ekspansionisme yang sudah berlangsung lama, yang dilakukan secara intermiten dengan tingkat agresi yang terus meningkat oleh dinasti "Inggris" yang sekarang bergaya berturut-turut. Dimulai pada abad ke-12, Normandia mulai membuat serangan serius ke Irlandia. Penyelesaian penaklukan Wales oleh Edward I pada tahun 1284 menempatkan Wales di bawah kendali mahkota Inggris, meskipun upaya Edward untuk sepenuhnya menaklukkan Irlandia menemui keberhasilan yang sangat terbatas sementara keberhasilan awal penaklukannya atas Skotlandia dibatalkan oleh kekalahan militer Inggris di bawah anaknya, Edward II. Edward III (memerintah 1327–1377) mengubah Kerajaan Inggris menjadi salah satu kekuatan militer paling tangguh di Eropa; pemerintahannya juga melihat perkembangan penting dalam undang-undang dan pemerintahan—khususnya evolusi parlemen Inggris. Dari tahun 1340-an raja-raja Inggris juga mengklaim mahkota Prancis, tetapi setelah Perang Seratus Tahun Inggris kehilangan semua tanah mereka di benua itu, kecuali Calais. Pecahnya Perang Mawar berikutnya pada tahun 1455 akan memastikan Inggris tidak pernah lagi dalam posisi untuk secara serius mengejar klaim Prancis mereka.
Setelah gejolak Perang Mawar, dinasti Tudor memerintah selama Renaisans Inggris dan sekali lagi memperluas kekuasaan monarki Inggris di luar Inggris, khususnya mencapai penyatuan penuh Inggris dan Kerajaan Wales pada tahun 1542. Tudor juga mengamankan kendali Inggris Irlandia, meskipun akan terus diperintah sebagai kerajaan terpisah dalam persatuan pribadi dengan Inggris selama berabad-abad. Henry VIII memicu Reformasi Inggris dengan memutuskan persekutuan antara Gereja Inggris dan Gereja Katolik Roma, meskipun aspek doktrinal dari Reformasi yang menetapkan Gereja Inggris sebagai Protestan yang dapat dikenali tidak akan dikejar dengan sungguh-sungguh sampai masa pemerintahan singkat putranya yang masih muda. Edward VI. Setelah kembali ke Katolik di bawah pemerintahan yang sama singkatnya dengan putri sulung Henry, Mary I, saudara tiri Mary Elizabeth I (memerintah 1558–1603) mendirikan kembali Protestan di bawah persyaratan Penyelesaian Agama Elizabeth, sementara itu menetapkan Inggris sebagai kekuatan besar dan meletakkan dasar-dasar Kerajaan Britania Raya dengan mengklaim kepemilikan di Dunia Baru. Sementara Henry juga mengejar kebijakan luar negeri yang agresif di utara perbatasan dalam upaya untuk menaklukkan Skotlandia, Elizabeth mengambil posisi yang jauh lebih mendamaikan terutama dalam perkembangan seperti Reformasi Skotlandia sendiri dan kepastian akhirnya bahwa raja Skotlandia akan menggantikan Elizabeth.
Dari aksesi James VI dan I pada tahun 1603, dinasti Stuart memerintah Inggris dan Irlandia dalam persatuan pribadi dengan Skotlandia. Di bawah Stuart, kerajaan tersebut terlibat dalam perang saudara, yang berpuncak pada eksekusi Charles I pada tahun 1649. Monarki kembali pada tahun 1660, tetapi Perang Saudara telah menetapkan preseden bahwa seorang raja Inggris tidak dapat memerintah tanpa persetujuan Parlemen. Konsep ini menjadi resmi ditetapkan sebagai bagian dari Revolusi Glorious 1688. Sejak saat itu kerajaan Inggris, serta negara-negara penerusnya, Kerajaan Britania Raya dan Britania Raya, telah berfungsi sebagai monarki konstitusional.[nb 5] Pada tanggal 1 Mei 1707, di bawah ketentuan Kisah Persatuan 1707, kerajaan Inggris dan Skotlandia bersatu untuk membentuk Kerajaan Britania Raya yang disebutkan di atas.[4][5]
Anglia-Sachsen menyebut diri mereka sebagai Engle atau Angelcynn, awalnya nama-nama Angles. Mereka menyebut tanah mereka sebagai Engla land, yang berarti "tanah orang Inggris" oleh Æthelweard Latinized Anglia, dari Anglia vetus asli, yang diklaim sebagai tanah air Angles (disebut Angulus oleh Bede).[6] Nama Engla land menjadi England dengan haplologi selama periode Inggris Tengah (Engle-land, Engelond).[7] Nama latinnya adalah Anglia atau Anglorum terra, bahasa Prancis Kuno dan Anglo-Norman satu Engleterre.[8] Pada abad ke-14, England juga digunakan untuk merujuk ke seluruh pulau Britania Raya.
Gelar standar untuk raja dari Æthelstan sampai John adalah Rex Anglorum ("Raja Inggris"). Canute the Great, seorang Denmark, adalah orang pertama yang menyebut dirinya "Raja Inggris". Pada periode NormanRex Anglorum tetap standar, dengan penggunaan sesekali Rex Anglie ("Raja Inggris"). Dari masa pemerintahan John dan seterusnya semua gelar lainnya dijauhi demi Rex atau Regina Anglie. Pada tahun 1604 James I, yang mewarisi takhta Inggris tahun sebelumnya, mengambil gelar (sekarang biasanya diterjemahkan dalam bahasa Inggris daripada Latin) Raja Britania Raya. Parlemen Inggris dan Skotlandia, bagaimanapun, tidak mengakui gelar ini sampai Act of Union tahun 1707.
Kerajaan Inggris muncul dari penyatuan bertahap kerajaan Anglia-Sachsen awal abad pertengahan yang dikenal sebagai Heptarki: Anglia Timur, Mercia, Northumbria, Kent, Essex, Sussex, dan Wessex. Invasi Viking pada abad ke-9 mengganggu keseimbangan kekuasaan antara kerajaan Inggris, dan kehidupan asli Anglia-Sachsen pada umumnya. Tanah Inggris disatukan pada abad ke-10 dalam penaklukan kembali yang diselesaikan oleh Raja thelstan pada tahun 927.
Selama Heptarki, raja yang paling kuat di antara kerajaan Anglia-Sachsen mungkin akan diakui sebagai Bretwalda, raja tinggi di atas raja-raja lainnya. Kemunduran Mercia memungkinkan Wessex menjadi lebih kuat, menyerap kerajaan Kent dan Sussex pada tahun 825. Raja-raja Wessex semakin mendominasi kerajaan-kerajaan Inggris lainnya selama abad ke-9. Pada tahun 827, Northumbria tunduk kepada Egbert dari Wessex di Dore, secara singkat menjadikan Egbert sebagai raja pertama yang memerintah atas Inggris yang bersatu.
Pada tahun 886, Alfred yang Agung merebut kembali London, yang tampaknya dianggap sebagai titik balik dalam pemerintahannya. Anglo-Saxon Chronicle mengatakan bahwa "semua orang Inggris (semua Angelcyn) tidak tunduk pada Denmark menyerahkan diri kepada Raja Alfred." Asser menambahkan bahwa "Alfred, raja Anglia-Sachsen, memulihkan kota London dengan sangat baik ... dan membuatnya layak huni sekali lagi." "Pemulihan" Alfred memerlukan pendudukan kembali dan perbaikan kota bertembok Romawi yang hampir sepi, membangun dermaga di sepanjang Sungai Thames, dan meletakkan rencana jalan kota baru. Mungkin pada titik inilah Alfred mengambil gaya kerajaan baru 'Raja Anglia-Sachsen'.
Selama tahun-tahun berikutnya Northumbria berulang kali berpindah tangan antara raja-raja Inggris dan penjajah Norwegia, tetapi secara definitif dibawa di bawah kendali Inggris oleh Eadred pada tahun 954, menyelesaikan penyatuan Inggris. Sekitar waktu ini, Lothian, yang berbatasan dengan bagian utara Northumbria (Bernicia), diserahkan kepada Kerajaan Skotlandia. Pada 12 Juli 927 para raja Inggris berkumpul di Eamont di Cumbria untuk mengakui thelstan sebagai raja Inggris. Ini dapat dianggap sebagai 'tanggal pendirian' Inggris, meskipun proses penyatuan telah memakan waktu hampir 100 tahun.
Inggris tetap dalam kesatuan politik sejak saat itu. Selama masa pemerintahan elræd the Unready (978–1016), gelombang baru invasi Denmark diatur oleh Sweyn I dari Denmark, yang memuncak setelah seperempat abad peperangan dalam penaklukan Inggris oleh Denmark pada tahun 1013. Namun Sweyn meninggal pada 2 Februari 1014, dan elræd dikembalikan ke takhta. Pada 1015, putra Sweyn, Cnut the Great (umumnya dikenal sebagai Canute) meluncurkan invasi baru. Perang berikutnya berakhir dengan kesepakatan pada 1016 antara Canute dan penerus elræd, Edmund Ironside, untuk membagi Inggris di antara mereka, tetapi kematian Edmund pada 30 November tahun itu membuat Inggris bersatu di bawah kekuasaan Denmark. Ini berlanjut selama 26 tahun sampai kematian Harthacnut pada bulan Juni 1042. Dia adalah putra Canute dan Emma dari Normandia (janda elræd the Unready) dan tidak memiliki ahli warisnya sendiri; ia digantikan oleh saudara tirinya, putra elræd, Edward the Confessor. Kerajaan Inggris sekali lagi merdeka.
Perdamaian berlangsung sampai kematian Edward tanpa anak pada Januari 1066. Kakak iparnya dimahkotai Raja Harold, tetapi sepupunya William Sang Penakluk, Adipati Normandia, segera mengklaim takhta untuk dirinya sendiri. William melancarkan invasi ke Inggris dan mendarat di Sussex pada 28 September 1066. Harold dan pasukannya berada di York menyusul kemenangan mereka melawan Norwegia di Pertempuran Stamford Bridge (25 September 1066) ketika berita itu sampai kepadanya. Dia memutuskan untuk berangkat tanpa penundaan dan menghadapi tentara Norman di Sussex sehingga berbaris ke selatan sekaligus, meskipun tentara tidak beristirahat dengan baik setelah pertempuran dengan Norwegia. Tentara Harold dan William saling berhadapan di Pertempuran Hastings (14 Oktober 1066), di mana tentara Inggris, atau Fyrd, dikalahkan, Harold dan dua saudaranya dibunuh, dan William muncul sebagai pemenang. William kemudian mampu menaklukkan Inggris dengan sedikit perlawanan lebih lanjut. Dia tidak, bagaimanapun, berencana untuk menyerap Kerajaan ke Kadipaten Normandia. Sebagai adipati belaka, William berutang kesetiaan kepada Philip I dari Prancis, sedangkan di Kerajaan Inggris yang merdeka ia dapat memerintah tanpa campur tangan. Ia dimahkotai pada 25 Desember 1066 di Westminster Abbey, London.
Pada tahun 1092, William II memimpin invasi ke Strathclyde, sebuah kerajaan Celtic di tempat yang sekarang barat daya Skotlandia dan Cumbria. Dengan melakukan itu, ia menganeksasi apa yang sekarang menjadi county Cumbria ke Inggris. Pada tahun 1124, Henry I menyerahkan apa yang sekarang disebut Skotlandia tenggara (disebut Lothian) kepada Kerajaan Skotlandia, sebagai imbalan atas kesetiaan Raja Skotlandia. Penyerahan terakhir ini menetapkan apa yang akan menjadi perbatasan tradisional Inggris yang sebagian besar tetap tidak berubah sejak saat itu (kecuali untuk perubahan sesekali dan sementara). Area tanah ini sebelumnya adalah bagian dari Kerajaan Anglian Northumbria. Lothian berisi apa yang kemudian menjadi ibu kota Skotlandia, Edinburgh. Pengaturan ini kemudian diselesaikan pada tahun 1237 oleh Perjanjian York.
Kadipaten Aquitaine bergabung secara pribadi dengan Kerajaan Inggris setelah aksesi Henry II, yang menikahi Eleanor, Adipati Wanita Aquitaine. Kerajaan Inggris dan Kadipaten Normandia tetap dalam persatuan pribadi sampai John Lackland, putra Henry II dan keturunan generasi kelima William I, kehilangan kepemilikan kontinental Kadipaten kepada Philip II dari Prancis pada tahun 1204. Beberapa sisa-sisa Normandia, termasuk Kepulauan Channel, tetap dalam kepemilikan John, bersama dengan sebagian besar Kadipaten Aquitaine.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag untuk kelompok bernama "nb", tapi tidak ditemukan tag
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Contoh dampak dari {{England Labelled Map|Londonprefix = Greater|WMsuffix = (region)|caption=Regions of England}}