Sabtu, 19 Juni 2021 09:34 WIB
Salmon, Idaho (ANTARA News) - Satu orang tewas dan seorang lelaki dan perempuan cedera akibat serangan beruang pada tengah malam, Rabu, di tempat berkemah terkenal di ujung Yellowstone Park, Amerika Serikat kata para pejabat suaka margasatwa.
Jurubicara Montana Fish, Wildlife dan Parks Department, Ron Aasheim, mengatakan satu beruang yang terlibat dan setidaknya dua tenda robek dalam serangan tersebut, yang terjadi pada puncak musim kedatangan wisatawan, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Serangan mematikan paling akhir oleh beruang di Montana terjadi pada 2001, ketika satu beruang besar melahap dan membunuh seorang pemburu yang sedang memotong rusa besar, kata Aasheim.
Serangan Rabu terjadi sekitar pukul 04:00 waktu setempat di tempat berkemah Soda Butte di Gallatin National Forest di ujung utara Yellowstone di Bozeman, Montana. Belum diketahui apakah satu beruang hitam atau beruang besar yang terlibat.
Soda Butte, di taman yang terkenal karena ikan trout, dikosongkan dan kompleks perkemahan di dekatnya ditutup, kata Aashim. Para pejabat suaka margasatwa menggunakan pesawat dan helikopter dalam pencarian luas untuk menemukan beruang tersebut.
Identitas orang yang diserang tak diungkapkan. Korban cedera dibawa ke rumah sakit di Cody, Wyoming.
Surat kabar Billings Gazette bahwa perempuan tersebut menderita luka parah akibat gigitan di lengannya, sementara pria yang cedera itu digigit di kakinya.
Aasheim mengatakan serangan tersebut tampaknya tidak diprovokasi, dan keberadaan makanan, yang sering menarik beruang dan satwa liar lain ke kompleks perkembahan, tampaknya bukan menjadi faktor. Serangan beruang "pemangsa daging" terhadap manusia secara acak semacam itu jarang terjadi.
Penyelidikan sedang dilakukan mengenai serangan tersebut.
Sebelumnya satu beruang hitam yang tertarik pada aroma roti lapis mentega kacang dengan susah payah berhasil membuka pintu mobil, masuk ke dalamnya dan terjebak, lalu menyenggol persneling dan mobil pun meluncur menuruni lereng dan menabrak pohon.
Peristiwa tersebut terjadi di Larkspur, dekat Denver, Amerika Serikat.(C003/A024)
Editor: AA Ariwibowo Copyright © ANTARA 2010
-- Empat orang tewas di Jepang akibat dimangsa beruang yang mulai mengincar manusia. Pemerintah Jepang langsung mengeluarkan peringatan bahaya dan mengimbau warga untuk tidak masuk ke dalam hutan.
, insiden ini terjadi di bagian utara Jepang. Korbannya adalah seorang wanita dan tiga pria yang ditemukan dalam keadaan luka parah di prefektur Akita, Honshu.
Seorang dari korban adalah wanita 74 tahun yang diketahui bernama Tsuwa Suzuki, diserang beruang saat mencari tanaman liar di hutan. Jasad Suzuki awalnya tidak bisa dikenali karena lukanya yang sangat parah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga korban lainnya berusia antara 60-70 tahun, ditemukan di tempat terpisah, diduga diserang beruang saat mencari rebung di hutan.
Dokter hewan setempat Takeshi Komatsu mengatakan keempat korban kemungkinan diserang oleh beruang yang sama, karena terjadi di waktu dan tempat yang berdekatan.
"Setelah merasakan daging manusia, beruang kemungkinan tahu bahwa manusia bisa dimakan," kata Komatsu.
Jumlah kematian akibat beruang meningkat drastis di Jepang. Sebelumnya hanya ada delapan kasus antara tahun 1979 dan 2015.
Peningkatan serangan juga terjadi di tengah penampakan beruang cokelat dan Asiatik hitam yang mencapai lebih dari 1.200 kali tahun ini, dua kali lipat dari angka 12 bulan sebelumnya.
Namun jumlah beruang Asiatik di Jepang kian langka akibat perburuan komersial, kehilangan habitat dan kecelakaan di jalan raya, berdasarkan data WWF.
Petugas telah memasang jebakan di sekitar lokasi insiden penyerangan dan para ahli mengimbau warga untuk menjauhi hutan serta membawa lonceng karena beruang sensitif terhadap suara bising lalu mundur perlahan.
Serangan beruang terparah tercatat terjadi pada 1915 di Sankebetsu, utara pulau Hokkaido, menewaskan tujuh orang, termasuk seorang wanita hamil dan bayi.
Beruang diketahui menjadi agresif saat sumber makanan mereka langka atau daerah berburu dan hibernasi mereka terganggu oleh aktivitas manusia.
IWATE, KOMPAS.TV - Serangan beruang dilaporkan terus meningkat, dan pada tahun ini sudah enam orang tewas karena serangan tersebut.
Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengungkapkan 212 orang telah selamat dari serangan beruang pada 2023.
Mereka juga mengungkapkan enam orang telah tewas karena serangan hewan ganas tersebut.
Salah satu korban selamat dari serangan beruang adalah Seishi Sato yang mengalaminya di hutan sebelah utara Jepang.
Baca Juga: Hamas Serang AS Usai Veto Resolusi Gencatan Senjata di Gaza: Sikap Tak bermoral dan Tak Manusiawi
Sato merasakan firasat buruk saat melihat sesuatu yang bergemerisik di semak-semak saat berjalan-jalan di hutan tersebut.
Tiba-tiba dua beruang Asia muncul dari semak-semak, dan salah satunya menyerangnya.
“Saat melihat mereka, saya sudah sangat dekat, dan berpikir tengah berada dalam bahaya,” kata pria 57 tahun dari Prefektur Iwate itu dikutip dari CNN, Jumat (8/12/2023).
Ia selamat, tapi mengalami sejumlah luka di lengan dan juga pahanya.
Dengan 2023 menyisakan sebulan lagi, jumlah serangan beruang di Jepang telah melebihi 158 serangan.
Jumlah 158 serangan beruang merupakan rekor pada 2020.
Selain itu, jumlah serangan beruang tak pernah melebihi 200 per tahun sejak rekor dimulai pada 2006.
Penampakan beruang sendiri sebenarnya bukan sesuatu yang langka di Jepang.
Tapi secara umum biasanya mereka terkonsentrasi di bagian utara negara tersebut.
Di wilayah itu, pegunungan, semak lebat dan sungai yang masih bening menyediakan habitat ideal dan sumber belimpah biji pohon ek, kacang beech, buah-buahan dan serangga yang menjadi makanan mereka.
Namun para ahli mengatakan beruang-beruang di Jepang semakin sering keluar dari habitat tradisional mereka dan masuk ke daerah perkotaan untuk mencari makanan.
Beberapa berpendapat hal ini terjadi karena perubahan iklim yang mengganggu pembungaan dan penyerbukan beberapa sumber makanan tradisional hewan itu.
“Beruang memperluas wilayah jelajahnya tahun ini, dan turun ke daerah dekat pemukiman manusia untuk mencari makanan,” ujar Profesor Maki Yamamoto, yang mempelajari beruang di Universitas Teknologi Nagaoka di Niigata.
Hal ini semakin membawa beruang-beruang itu ke jalur orang-orang seperti Sato, yang diserang hanya setengah jam berjalan kaki dari toko yang ia kelola.
Di sana ia menjual perlengkapan hewan peliharaan dan jamur yang ia petik di hutan.
“Orang-orang semakin menyadari situasi ini,” kata Sato.
Ia menambahkan banyak warga yang diserang di luar pintu rumah di desa mereka.
Sedangkan pada November, ada 19.191 penampangan beruang di seluruh negara.
Meningkat dari 11.135 penampakan pada 2022, dan 12.743 penampakan pada 2021.
Iwate, tempat Sato tinggal memiliki jumlah penampakan terbanyak, yaitu 5.158 penampakan, yang diikuti prefektur tetangga Akita, yang melaporkan 3.000 penampakan.
Baca Juga: Terlibat dalam Pemenggalan Guru di Prancis pada 2020, 6 Remaja Dinyatakan Bersalah
Begitu mendesaknya masalah ini, Menteri Lingkungan Hidup Shintaro Ito pada bulan lalu berjanji membantu masyarakat yang terdampak.
“Kami mempertimbangkan memberikan bantuan darurat terhadap masyarakat lokal sebagai respons terhadap kebutuhan mereka, seperti melakukan survei dan menangkap beruang yang tinggal di sekitar pemukiman manusia,” katanya.
“Hal itu dengan mempertimbangkan keinginan prefektur di mana jumlah korban manusia akibat beruang terus meningkat,” ujarnya.
Jepang sendiri merupakan rumah dari dua tipe beruang, yaitu beruang cokelat, yang hidup di Hokkaiod, dan populasi kecil beruang Asia, yang ada di Pulau Honshu.
Pemburu menembak dan membunuh beruang coklat setelah mengamuk di sebuah kota di Jepang dan melukai empat orang termasuk seorang tentara, Jumat, 18 Juni 2021.
Kota Sapporo mentweet bahwa beruang itu telah 'dibasmi', sementara stasiun televisi lokal mengatakan pemburu telah menembak beruang itu.
Sebelumnya, cuplikan berita dramatis menunjukkan beruang berlari di sepanjang jalan perumahan, melintasi jalan yang sibuk dan mencakar gerbang barak militer, menyebabkan pasukan berpencar.
Seorang tentara terluka akibat amukan beruang di kota itu.
Korban lain dianiaya oleh beruang setelah menyerangnya dari belakang, tayangan televisi menunjukkan. Orang itu dibawa pergi dengan tandu. Amukan beruang mendorong penutupan sekolah setempat dan pembatalan beberapa penerbangan di bandara regional kecil.
Sebelumnya, juru bicara pemerintah Katsunobu Kato mengatakan kepada orang-orang di wilayah Hokkaido untuk waspada. "Total empat orang, termasuk satu anggota Pasukan Bela Diri, telah diserang dan terluka oleh beruang coklat. Kami menyampaikan simpati yang tulus kepada mereka," katanya.
Menurut NHK, salah satu korban berusia 40-an, satu berusia 70-an, dan satu lagi berusia 80-an, yang tidak memberikan rincian korban keempat.
Sejumlah pemburu terpaksa menembak mati seekor beruang cokelat yang masuk ke Kota Sapporo di utara Jepang karena mengamuk hingga melukai empat warga, Jumat (18/6).
Tiga korban teridentifikasi berusia 40, 70, dan 80 tahunan. Sementara itu, rincian satu korban lain tidak dipublikasi media lokal NHK.
Melalui akun Twitter, Pemerintah Kota Sapporo menuturkan beruang itu telah "dilumpuhkan, sementara itu, stasiun televisi lokal mengatakan para pemburu menembak beruang tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam beberapa video yang beredar di media sosial, seekor beruang terlihat berlari di sepanjang jalan perumahan, melewati jalan yang sibuk.
Di suatu ruas jalan, beruang itu mencakar gerbang sebuah barak militer hingga menyebabkan para personel di gedung itu berpencar karena khawatir.
Satu dari empat korban luka amukan beruang merupakan seorang tentara. Satu korban luka lain adalah seorang tukang kayu yang terluka setelah beruang itu menyerangnya dari belakang.
Amukan beruang ini memicu penutupan sekolah di sekitar lokasi kejadian dan pembatalan beberapa penerbangan di bandara regional di kota itu.Dilansir AFP, juru bicara pemerintah Sapporo, Katsunobu Kato, meminta warga di Hokkaido untuk lebih waspada.
"Total empat orang, termasuk satu anggota militer, telah diserang dan terluka oleh beruang cokelat. Kami menyampaikan simpati yang tulus kepada mereka," kata Kato.
"Pejabat Kota Sapporo, polisi Hokkaido, asosiasi perburuan lokal, dan lembaga terkait lainnya telah tiba di lokasi. Mereka mengoordinasikan upaya untuk menangkap beruang cokelat, atau jika dianggap perlu, memusnahkannya."
Beruang hitam Asia merupakan hewan asli yang menyebar di sebagian besar wilayah Jepang, sementara itu, beruang cokelat tersebar di Hokkaido dan wilayah utara Jepang lainnya.
Serangan beruang bisa dibilang jarang terjadi di Jepang. Namun, Japan Bear and Forest Society telah memperingatkan bahwa beruang yang tinggal di hutan lebih tertarik mendekat ke daerah yang dihuni manusia terutama ketika mereka mencari makanan.
Serangan beruang di Jepang mencapai rekor tertinggi. Perubahan iklim dan populasi yang menua memperburuk masalah ini.
Dilansir CNN, Rabu (13/12/2023), Seishi Sato (57) memiliki perasaan yang tidak menyenangkan ketika ia melihat sesuatu yang berdesir di semak-semak. Saat itu ia sedang berjalan-jalan di hutan di Jepang bagian utara.
Tanpa aba-aba, dua ekor beruang Asia telah muncul dari semak belukar. Satu beruang menerjang ke arahnya yang juga panik karena nyawanya terancam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia selamat dari serangan itu namun dengan banyak goresan dan luka tusukan di lengan juga pahanya.
Sato adalah salah satu dari sedikitnya 212 orang yang selamat dalam serangan beruang di Jepang, menurut Kementerian Lingkungan Hidup. Enam orang telah meninggal. Ini adalah tahun yang mencetak rekor.
Sisa satu bulan di tahun 2023, jumlah serangan beruang tahun ini telah jauh serangan yang terjadi sepanjang tahun 2020 (rekor tahun sebelumnya) yakni 158.
Jumlah serangan beruang tidak pernah melebihi 200 serangan per tahun sejak pencatatan dimulai pada tahun 2006.
Penampakan kuma atau beruang, bukanlah hal yang tidak biasa di Jepang. Namun umumnya mereka terkonsentrasi di bagian utara negara ini.
Di sana ada pegunungan, semak-semak yang rimbun, dan sungai-sungai yang jernih. Kawasan itu juga menyediakan habitat yang ideal serta sumber biji pohon ek, beech, buah-buahan, dan serangga yang melimpah sebagai bahan makanan beruang.
Namun, para ahli mengatakan bahwa beruang Jepang semakin sering keluar dari habitat tradisional mereka dan masuk ke daerah perkotaan untuk mencari makanan.
Beberapa orang berpendapat bahwa hal ini terjadi karena perubahan iklim yang mengganggu pembungaan dan penyerbukan beberapa sumber makanan tradisional beruang.
"Beruang memperluas wilayah jelajahnya tahun ini dan turun ke daerah dekat pemukiman manusia untuk mencari makanan," kata profesor Maki Yamamoto, yang mempelajari beruang di Universitas Teknologi Nagaoka di Niigata.
Hal ini semakin membawa mereka ke jalur orang-orang seperti Sato, yang diserang hanya setengah jam berjalan kaki dari toko yang ia kelola. Di sana ia menjual perlengkapan hewan peliharaan dan jamur yang ia petik dari hutan.
REPUBLIKA.CO.ID, AKITA -- Jepang mengalami peningkatan jumlah orang yang diserang beruang pada 2023 dengan kenaikan yang belum pernah terjadi sebelumnya, berdasarkan data pemerintah baru-baru ini.
Masyarakat telah diperingatkan bahwa akan lebih banyak orang yang diserang beruang saat hewan liar tersebut mencari makan sebelum hibernasi pada tahun yang sulit untuk mendapatkan kacang-kacangan.
Antara April hingga September, sebanyak 109 orang terluka akibat diserang beruang, dua di antaranya meninggal dunia dan sebagian besar terjadi di bagian utara pulau utama Jepang, Honshu, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi untuk periode yang sama sejak 2007 ketika pemerintah mulai menyusun data statistik bulanan tersebut.
Rekor sejauh ini untuk jumlah paling banyak korban luka akibat serangan beruang, termasuk beruang hitam Asia dan beruang cokelat Ussuri adalah 158 orang pada 2020.
Sebanyak 15 prefektur mencatat adanya korban serangan beruang selama periode enam bulan sejak April, dengan sekitar 70 persen kasus terjadi di wilayah timur laut Jepang, menurut data awal kementerian yang dirilis pada awal Oktober.
Berdasarkan prefektur, Akita memiliki korban terbanyak, yaitu 28 orang, disusul Iwate dan Fukushima dengan masing-masing 27 dan 13 orang.
Satu orang meninggal pada Agustus di Iwate, yakni kematian pertama yang disebabkan oleh beruang liar di prefektur tersebut sejak 2009. Kematian lainnya terjadi di pulau utama paling utara Hokkaido, yang merupakan tempat beruang coklat berkeliaran.
Penambahan kasus pada Oktober terus meningkatkan jumlah korban serangan beruang, memperbarui rekor prefektur Akita dan Iwate, yang masing-masing kini memiliki setidaknya 30 korban.
Pada 18 Oktober, seorang wanita ditemukan tewas yang diduga karena serangan beruang di Kota Toyama, Jepang tengah, sehingga membuat anak-anak sekolah harus waspada.
Pemerintah setempat mengatakan alasan tingginya jumlah pertemuan antara manusia dan beruang di Jepang tahun ini mungkin karena populasi anak beruang meningkat akibat pola makanan mereka, yang berupa kacang beech dan biji pohon ek, berlimpah pada tahun lalu.
Pada saat yang sama, tahun ini terjadi musim kacang yang buruk, sehingga memaksa beruang untuk menjelajah ke wilayah yang lebih luas, termasuk di dekat habitat manusia, untuk mencari makanan saat mereka bersiap menghadapi hibernasi.
Di antara insiden serangan beruang liar baru-baru ini pada Oktober, dua warga berusia 60-an diserang di Prefektur Akita. Seorang wanita terluka saat keluar dari mobilnya di sebuah jalan di Kazuno, sementara seorang pria terluka di hutan pegunungan di Odate dekat kediamannya.
Sementara itu, empat orang diserang beruang di kawasan pemukiman di kota Akita. Menurut seorang ahli, daerah yang dikelilingi sungai itu merupakan tempat yang tidak biasa bagi beruang untuk muncul.
Lebih dari separuh korban di Prefektur Iwate diserang oleh beruang di dalam atau di dekat tempat tinggal manusia dan sekitar separuhnya menderita luka parah.
Divisi konservasi alam pemerintah prefektur Iwate mengatakan sekitar 20 persen korban telah mengambil tindakan perlindungan terhadap beruang, seperti mengenakan lonceng beruang.
Divisi tersebut mengatakan bahwa pertemuan dengan beruang dapat terjadi “di mana saja” dan menyerukan masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan yang tepat dan terus waspada.